Kenali Jenis, Komplikasi dan Penanganan Hipotensi pada Lansia

RADIOPENSIUNAN.COM

Orang mungkin sudah akrab dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Tapi bagaimana dengan hipotensi atau tekanan darah. Keduanya dapat mengakibatkan terjadi komplikasi jika tidak ditangani dengan benar. 

Hipotensi atau tekanan darah rendah terjadi ketika tekanan darah kurang dari 90/60 mmHg. 

Bagi sebagian orang, kondisi ini terkadang tidak menunjukkan gejala, sehingga penderita hipotensi tidak menyadari memiliki tekanan darah rendah. 

Namun,  bagi sebagian penderita hipotensi lainnya mungkin mengalami gejala saat mengalami darah rendah, seperti kelelahan, pusing, mual, dan bahkan pingsan. 

Tekanan darah rendah tanpa penanganan tepat dapat memicu beragam gejala yang mengarah ke komplikasi berbahaya. 

Hipotensi dapat terjadi karena beberapa faktor, termasuk pertambahan usia dan keturunan. 

Faktor lainnya karena kehamilan, infeksi, dehidrasi, penyakit jantung, pendarahan, dan konsumsi obat-obatan tertentu.

Berikut beberapa jenis tekanan darah rendah berdasarkan penyebabnya:

1. Hipotensi ortostatik

Hipotensi ortostatik terjadi saat seseorang tiba-tiba berdiri dari posisi duduk, jongkok, atau berbaring. 

Saat tubuh menyesuaikan perubahan posisi itu, seseorang mungkin akan merasa pusing atau berkunang-kunang selama beberapa detik. 

Kondisi ini sangat umum terjadi pada lansia, tetapi bisa juga pada orang dewasa muda dan anak-anak.

2. Hipotensi postprandial

Hipotensi postprandial adalah kondisi tekanan darah rendah yang terjadi dalam waktu sekitar 1-2 jam setelah makan. 

Gejalanya bisa mirip dengan hipotensi ortostatik. Hipotensi postprandial diduga terjadi karena aliran darah lebih banyak mengalir ke saluran cerna untuk mendukung proses pencernaan setelah makan. 

Kondisi ini jarang terjadi pada orang dewasa muda, tetapi cukup sering dialami oleh lansia.

3. Hipotensi vasovagal

Hipotensi vasovagal adalah serangan darah rendah yang terjadi ketika sistem saraf merangsang pembuluh darah untuk menurunkan tekanan darah. 

Orang dewasa muda dan anak-anak umumnya lebih sering mengalami hipotensi jenis ini. 

Gejalanya bisa berupa keringat dingin, pusing, pandangan kabur, hingga pingsan. 

Hipotensi vasovagal bisa terjadi setelah seseorang berdiri terlalu lama, misalnya setelah berdiri lama saat upacara atau kelelahan saat bekerja.

4. Hipotensi akut

Hipotensi akut merupakan serangan tekanan darah rendah yang terjadi secara mendadak, misalnya karena syok. Kondisi ini merupakan bentuk penurunan tekanan darah yang paling parah. 

Ketika seseorang mengalami syok, tekanan darah turun ke tingkat sangat rendah secara tiba-tiba, sehingga otak dan organ tubuh lain tidak bisa mendapatkan cukup darah untuk menjalankan fungsinya dengan baik. 

Penyebab syok bisa bermacam-macam, mulai dari dehidrasi berat, perdarahan hebat, hingga sepsis.

Komplikasi darah rendah yang tidak ditangani dengan benar dapat mengakibatkan komplikasi:

1. Penyakit jantung

Hipotensi ortostatik ringan umumnya hanya berlangsung selama beberapa menit. 

Jika terlalu sering terjadi, kondisi ini dapat memicu masalah pada jantung, seperti gagal jantung, gangguan irama jantung, dan bahkan serangan jantung. 

Tekanan darah rendah dapat menurunkan kemampuan jantung untuk memompa 

Jika tidak segera dilakukan pengobatan, kondisi ini bisa memicu penurunan fungsi organ jantung dan berakhir menjadi penyakit jantung.

2. Stroke

Selain memicu penyakit jantung, tekanan darah rendah berisiko tinggi menyebabkan stroke. 

Kondisi ini terjadi ketika kurangnya suplai aliran darah ke otak, sehingga sel otak dapat mengalami kerusakan dan menyebabkan fungsi otak terganggu. 

Stroke umumnya dapat menimbulkan gejala atau tanda seperti satu sisi anggota tubuh melemah, ucapan tidak jelas, satu sisi wajah tidak dapat digerakkan, hilangnya penglihatan secara tiba-tiba, penurunan kesadaran, dan sakit kepala yang hebat.

3. Gagal ginjal

Kondisi tekanan darah rendah dapat menyebabkan penurunan aliran darah yang disaring oleh ginjal. 

Hal ini dapat memicu kerusakan pada ginjal, sehingga ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik. Apabila kondisi ini tidak segera ditangani, lama-kelamaan akan menyebabkan gagal ginjal. 

Gagal ginjal awalnya bisa saja tidak bergejala, tetapi pada akhirnya dapat menimbulkan gejala, seperti bengkak di wajah dan tubuh, jarang buang air kecil, sesak napas, mudah mengantuk, dan penurunan kesadaran.

4. Syok

Kondisi darah rendah juga dapat memicu terjadinya syok. 

Syok dapat terjadi jika tekanan darah menurun drastis, sehingga organ tubuh tidak berfungsi dengan baik karena tidak menerima cukup darah. 

Syok akibat darah rendah dapat menimbulkan beberapa gejala, seperti sesak napas, denyut jantung cepat tetapi lemah, keringat dingin, pucat atau sianosis, serta pingsan.

Cara mengatasi dan mencegah hipotensi

Tekanan darah rendah bisa ditangani dengan beberapa cara:

– Banyak minum air putih untuk meningkatkan volume darah dan cairan tubuh serta mencegah dehidrasi.

– Konsumsi makanan bergizi, termasuk makanan mengandung garam atau natrium.

– Hindari mengubah posisi tubuh dengan tiba-tiba dan berdiri terlalu lama.

– Hindari minuman beralkohol.

– Konsumsi secangkir kopi atau teh berkafein di pagi hari jika memungkinkan.

– Gunakan stoking khusus untuk meningkatkan sirkulasi darah.

– Berolahraga secara teratur sekitar 30 menit setiap hari atau sekitar 150 menit setiap minggu.***

Sumber: Yankes Kemenkes

Bagikan :

Radio Pensiunan
Scroll to Top