RADIOPENSIUNAN.COM
Salah satu pendengar Radio Pensiunan Mbak Susan di Denmark mengirimkan untaian kalimat menarik ini untuk Radio Pensiunan
“RADIO PENSIUNAN”
R…amai diminati untuk dengarkan Music atau lainnya
A…ntusias Kerramahan selalu terpancar
D…edikasi Pengetahuan dan Kehidupan kamu siarkan
I…lusi Positif kamu berikan pada setiap orang
O…rang-orang baik Tua dan Muda selalu kamu beritakan agar jangan ada Rasa Putusasa dan Patah Semangat
P…ancaran Kasih ada didirimu
E…gois terkikis habis dalam diri setiap orang
N…afas semangat Positif berhembus kencang
S…enyum dan Kebahagiaan tersirat selalu diwajah
I…ming-iming Kepalsuan tidak pernah ada mucul
U…ntaian Semerbak wangi buat setiap orang tambah antusias Maju
N…aluri Positif lebih maju terngiang dan ingin digapai
A…mal dan Iman seseorang tidak terpaksa sama yang lainnya
N…yanyian Kehidupan dan Sorgawi berlomba-lomba dikejar, sebab hanya diri pribadi dan Tuhan yang pasti ketahui
Maaf yah pada Radio Pensiunan, karyaku ini tidaklah sebagus para Pengarang yang Handal hehehe
Tetap Berjaya dan terus Mengudara Radio Pensiunan GBU all.
Karya Susan Tampubolon Hansen
Dibuat di Denmark/Eropa 25 June 2024 jam 10 pagi waktu Denmark.
Berikut Kisah Mbak Susan yang luar biasa yang diposting di Grup Facebook Radio Pensiunan
Penulis : Delft Aupair
SURVIVAL – “Perjuangan hidup Susan Tampubolon Hansen yang buta di Denmark”
Susan berdarah Batak lahir di Medan pada 12 Januari 1970. Susan tumbuh besar di Padang Sidempuan. Susan adalah anak kedua dari enam bersaudara(sibungsu yang perempuan meninggal dunia ditahun 2012 , jadi sekarang hanya 5 bersaudara yaitu 2 Lelaki(abang sulung si Robin mendiang istrinya seorang wanita dari Sunda si Srisuwarni mereka punya sematawayang putra si Anto jadi SH= Sarjana Hukum) tinggal di Batam dan adik bungsu yang bertepatan seorang AKABRI AU si Torang istrinya wanita dari Yogyakarta si Deassi mereka punya putra si Niel masih SMA dan putri si Amabell SD) dan 3 Perempuan(Susan mantan suaminya asli bule Denmark si K. Hansen punya sematawayang putri si Tamara kuliah berusia 18 tahun, dan dua orang adiknya yaitu si Rya sudah janda ditinggal Meninggal oleh suaminya pria dari Cihna Bangka si W. H.mereka punya 3 putra sulung si Dhanny Kuliah sudah tingkat Terakhir, Tengah si Rizcky Kuliha dan bungsu si Ano duduk di SMA mereka tinggal diSolo) seorang lagi si Yanti suaminya pria dari Yogyakarta si Pri , mereka punya sematawayang putra si Kiki Kuliah sambil Kerja) mereka tinggal di Batam.
Sejak kecil Susan dikenal sebagai seorang anak yang tomboy. Bahkan kedua orangtuanya yang masih hidup tinggal di Padangsidimpuan/Indonesia memberinya julukan “si trouble maker”. Susan lebih senang bermain dengan teman-teman lelakinya seperti main kelereng, main Layangan,memanjat tembok atau memanjat pohon tetanggadari pada main Boneka atau masak-memasak.
Setelah tamat SMA Susan berapa kali berganti pekerjaan ,pernah bekerja di Batam selama 3 tahun kemudian dia mendapat peluang bagus bekerja ke Canada. Dia bekerja sebagai sekretaris. Susan tinggal di Ontario selama 6 tahun.
Di Canada Susan berkenalan dengan seorang pria Denmark, Kim Bo Hansen, melalui internet. Kim adalah seorang duda dengan dua anak. Selama satu tahun penuh mereka berhubungan secara intens menggunakan internet. Sampai kemudian Susan memutuskan terbang ke Denmark untuk memberi surprise sebagai hadiah ulang tahun untuk Kim.
27 Maret 2003 diusia 33 tahun Susan untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Denmark. Susan yang tidak bisa berbahasa Denmark(hanya bisa berbahasa Indonesia dan Inggris) harus menggunakan bahasa tubuh atau bahasa isyarat saat berkomunikasi dengan ibu Kim. Dia sangat diterima dengan baik oleh ibu Kim. Ada kejadian lucu yang diingat oleh Susan, ketika dia tidak bisa mengungkapkan istilah yang dia maksud maka dia akan menggambar apa yang dimaksudnya dan ibu Kim membalasnya dengan gambar pula.
Perayaan ulang tahun Kim Hansen dirayakan secara meriah karena Kim berasal dari keluarga kaya. Pada saat pesta ulang tahun itu Susan juga bertemu dengan kedua anak Kim dari pernikahan sebelumnya. Pernille dan Bertram Hansen. Anak-anak Kim juga rupanya bisa menerima kehadiran Susan sebagai calon ibu mereka.
Secara spontan Kim dan Susan langsung bertunangan setelah Kim tidak mau melepas Susan kembali ke Canada dengan tanpa ikatan.
“ would you marry me? “ tanya Kim dengan penuh cinta.
“ Why not. . . “ jawab Susan dengan mantap. Dan akhirnya mereka resmi bertunangan dihadapan keluarga dan sahabat sebelum Susan pulang ke Canada.
Hanya butuh berapa hari saja akhirnya Susan memilih untuk tinggal di Denmark bersama lelaki belahan jiwanya. Begitu tiba di Denmark Susan segera mengurus green card supaya bisa tinggal di sana.
Susan dan Kim menikah 17 April 2004 di Houlkeer gereja di Viborg, Denmark. Susan berharap pernikahan ini akan membawa kebahagiaan hingga ajal menjemput kelak.
Setahun setelah pernikahan Susan melahirkan seorang bayi perempuan si Tamara(Tamara Louise Anastasia Hansen) dipertengahan bulan July 2005.
Susan tidak sempat belajar bahasa Denmark karena hamil dan kemudian melahirkan. Selama merawat anak Susan tidak bisa bekerja. Ketika Tamara berusia satu tahun Susan mulai cukup sering merasakan sakit kepala akibatnyadia hanya meminum obat pain killer saja.
Suatu hari Susan harus memeriksakan mata karena Susan berkacamata sejak lama ternyata ditemukan ada tumor diantara otak besar dan otak kecil Susan. Inilah penyebab mengapa Susan mengalami sakit kepala secara berkala. Susan terkejut dengan vonis dokter ini.
Hari itu juga dokter mata Susan langsung menghubungi sebuah rumah sakit di Viborg. Susan tidak begitu paham karena dokter tersebut berkomunikasi menggunakan bahasa Denmark. Dalam waktu hanya 7 menit ambulance datang untuk membawa Susan agar bisa segera mendapat perawatan dan di operasi. Susan sempat sangat ketakutan dan menangis cukup keras. Ketika dia berangkat untuk memeriksakan matanya Kim sedang bekerja sedangkan si Tamara dipenitipan anak.
Susan dengan perasaan yang bercampur aduk dia mencoba untuk menenangkan diri dan berdoa untuk memohon diberi kekuatan dalam menghadapi kejadian yang terasa tiba-tiba ini.
Dengan segera Kim menuju rumah sakit. Kim dan Susan menangis bersama-sama larut dalam kesedihan.
“ Aku tidak mau mati. . .” ucap Susan pelan di pelukan suaminya.
“ Kamu harus sembuh, ingat aku, ingat anak kita. . “ kalimat pendek dari suaminya ini menguatkan hati Susan.
Ternyata Susan harus dipindah lagi ke rumah sakit lain di Aalborg agar mendapat penanganan yang lebih baik. Susan segera disambut oleh dokter Jesper nomor satu operasi kepala di Denmark/Eropa yang akan melakukan operasi untuknya.
“ Besok pagi kamu harus di operasi, tetapi hanya dengan bius local dan duduk di kursi “ dokter tersebut menjelaskan pada Susan.
Suami Susan tidak setuju dengan system operasi yang akan dilakukan oleh dokter tersebut. Dia merasa operasi di kepala Susan dengan cara bius local dan Susan harus dalam posisi duduk menurutnya akan berbahaya. Susan sempat bersitegang dengan suaminya dalam hal ini, tetapi hati Susan telah mantap untuk di operasi dengan metode apapun asal dirinya segera sembuh dan suaminya mengalah.
Keesokan harinya, Susan segera dibawa menuju keruang operasi. Ada 2 orang dokter dan 4 orang perawat disana. Susan segera duduk di tempat operasi dan segera dilakukan bius local.
Pada menit pertama dokter bertanya padanya,
“ Susan are you okey?” Susan menjawab “I”m Okey)bahwa dirinya baik baik saja. Di menit berikutnya dokter bertanya lagi padanya, “ Susan are you okey?” Dan susan masih menjawab dengan jawaban yang sama, meski merasa sangat takut tetapi hatinya telah siap dan keyakinannya kepada Tuhan semakin menguatkannya. Pada menit berikutnya dokter tetap menanyakan hal yang sama padanya, Susan yang nervous dan dikenal sebagai orang yang tidak suka berbasa-basi menjawab dengan spontan, “ Diamlah, lanjutkan saja. .”
Susan merasakan kepalanya sedang di bor dan dia melihat ada darah yang muncrat, namun dia tidak merasakan sakit apapun saat itu. Operasi berjalan sekitar 2 jam lamanya.
Setelah Susan dipindahkan ke kamar perawatan, dokter Jesper yang mengoperasi Susan berkata pada Kim suami Susan tentang kejadian konyol yang dilakukan Susan dikamar operasi tadi.
“Seumur hidup saya sebagai seorang dokter spesialis tidak ada pasien yang pernah berkata kepada saya “diamlah,lanjutkan saja”. . baru istrimu yang berani mengatakan itu “ kata dokter itu sambil tersenyum.
3 hari setelah dilakukan operasi semuanya masih normal, Susan bisa berbicara dan melihat seperti biasa. Namun pada hari ke empat Susan mengalami demam yang tinggi disertai muntah-muntah kemudian penglihatannya menjadi gelap total. Kemudian Susan tidak sadarkan diri Susan mengalami “koma”.
Satu bulan masih dalam keadaan koma suami Susan meminta kepada dokter untuk melakukan operasi kembali. Selama satu setengah jam Susan kembali di operasi. Para dokter melakukan yang terbaik untuk Susan supaya bisa sadar dan sembuh.
Akhirnya team dokter setelah berkonsultasi dengan suami, memutuskan dengan berat hati esok mereka akan melepas respirator, alat bantu yang membuat Susan masih tetap hidup karena setelah “3 bulan koma”.
Namun malam itu salah seorang perawat melihat jari-jari Susan sedang bergerak-gerak. Akhirnya team dokter tidak jadi mencabut alat bantu yang melekat di badan Susan.
Dan benar, Susan terbangun dari koma. Tetapi tidak bisa berbicara seperti orang Bisu=Tuna Rungu selama 3 bulan dan pandangan matanya gelap gulita. Susan kehilangan keseimbangan tubuhnya, selama “3 bulan dia hanya bisa berbaring dan tidak bisa berganti posisi sama sekali”. Untuk berganti posisi saja harus dibantu orang lain.
Setiap hari Susan larut dalam kesedihan karena dia tidak bisa bergerak dan tidak bisa melihat . Susan sangat terpukul dengan kondisinya, penderitaan ini dirasanya begitu sempurna menimpa dirinya. Terkadang rasa putus asa membuatnya ingin mati. Tetapi suaminya selalu membantu menguatkannya.
Selanjutnya Susan dipindahkan ke rumah sakit khusus Hamidcenter yang memberikan training bagi pasien seperti Susan yang mengalami cacat setelah perawatan kesehatan, agar pasien bisa survive menyesuaikan keadaan dengan cacat yang dialaminya.
Selama seminggu penuh Susan menangis karena mengalami sakit kepala yang teramat menyiksanya. Kala itu dia sama sekali tidak bisa berbicara Akhirnya setelah di lakukan rontgen ditemukan ada infeksi akibat pemasangan selang antara otak ke jantung yang fungsinya untuk membantu system pernafasan Susan.
Lalu Susan pindah Rumahsakit di Aarhus untuk menjalani operasi penggantian selang tersebut. Operasi berjalan lancar dan Susan tidak lagi merasa kesakitan. Tetapi dia tetap tidak bisa berbicara.
Training untuk Susan dilanjutkan kembali dipindahkan ke Rumahsakit Hamidcenter. Disanalah Susan di Training untuk bisa berbicara kembali, duduk di kursiroda, berenang untuk orang buta dll Selama 5 bulan.
Hal ini membuatnya sangat tersiksa. Penyakit dan cacat yang dialaminya ini tidak melunturkan iman Susan. Dia percaya Tuhan sangat mengasihinya. Menjalani training untuk duduk ini adalah perjuangan yang sangat luar biasa karena Susan harus melawan rasa sakit yang luar biasa menyiksa, yang hampir membuatnya putus asa.
Suatu malam Susan merasa didatangi sosok pemuda dengan cahaya sangat silau. Pemuda itu sempat mengatakan “ Susan anakKu, cobalah duduk. Jangan takut Aku akan membantumu sambil mengelus-elus kepalanya “
Hanya itu kalimat yang keluar lalu pemuda itu menghilang. Dia percaya pemuda itu adalah “Yesus Kristus”. Iman Susan menyelamatkan dirinya sendiri. Akhirnya benar, Susan bisa duduk dengan upaya semaksimal mungkin dan rasa sakit yang tidak ketulungan. Training berikutnya adalah agar Susan bisa berbicara lagi.
Perjuangan Susan belum selesai, karena tidak boleh mengunyah makanan selama kurang lebih 7 bulan,maka dia harus menjalani sebuah operasi lagi, yaitu “pemasangan selang makanan 7 bulan yang harus dimasukkan kedalam perutnya”.
Selama berbulan-bulan suami Susan mendampingi dengan setia yang membuat semangat Susan tidak pupus apalagi anaknya yang semakin besar pasti juga sangat membutuhkan dirinya sebagai figur seorang ibu yang bisa berada didekatnya setiap saat.
Ketika Susan bisa berbicara kembali melalui proses yang sulit dan lama, hal pertama yang diungkapkan Susan adalah “Terima kasih kepada Tuhan”.
Dan keinginannya untuk bisa menikmati mie instant. Susan membayangkan bagaimana lezatnya aroma mie instant yang telah lama tidak dinikmati. Susan tidak bisa merasakan enaknya makan mie instant karena mie instant itu sudah dimasukkan keperutnya melalui selang makanan. Tetapi paling tidak itu telah membuatnya lega.
Seiring berjalannya waktu. Dia boleh mengunyah makanan untuk yang pertama kalinya. Dan makanan yang boleh dimakannya adalah buah pisang. Susan makan dengan bersemangat, dengan didampingi oleh dua orang perawat. Pisang yang dipegangnya berusaha dimasukkan kedalam mulut,tetapi pisang itu kesana kemari mencolok mata dan hidungnya. Susan tertawa keras, sementara perawat yang mendampingi menahan tawa takut Susan tersinggung.
“ Tertawalah tidak apa-apa, saya sangat bersemangat ingin makan pisang ini. .” dan mereka tertawa bersamaan.
Setelah itu Susan pindah dan meneruskan Trening dia sebagai orang cacat di Rumahsakit Skype selama 3 bulan.
Selama 5 tahun Susan hanya bisa duduk dikursi roda tidak menghentikan semangatnya untuk bisa berjalan kembali. Selama satu tahun penuh berada di rumah sakit akhirnya Susan diijinkan untuk pulang kerumah(Selama Susan di Rumahsakit, bahwa putrinya si Tamara dirumah kakakk suaminya bernama si Kit Hansen dan kadangkala dibawa mereka si Tamara saat mengunjungi Susan dan kalau mereka tidak bawa berarti si Tamara dijaga sama putri mereka yang sudah dewasa).
Susan senang bisa berkumpul kembali dengan suami dan anaknya meski kini dia cacat. Susan tidak pernah merasa letih untuk tetap belajar mandiri dalam mengurus dirinya sendiri dan mendampingi putrinya tumbuh besar.
Tetapi di tahun ke dua dia duduk dikursi roda suaminya berselingkuh dengan perempuan asal Indonesia dari Indramayu beragama Islam. Susan mencoba bertahan dan memberinya kesempatan untuk berubah selama lima tahun.
Susan kemudian bisa berjalan walau harus menggandeng sehbelah tangan orang ada yang membantunya memegangi agar tubuhnya seimbang. Usaha keras Susan untuk sembuh tidak di imbangi oleh suaminya yang sibuk dengan perselingkuhannya. Akhirnya mereka resmi bercerai tanggal 4 July tahun 2013.
Susan berusaha bertahan melawan rasa sedihnya dan berpegang pada imannya.
Ada sebuah prinsip dalam hidup Susan yang membuat saya sebagai penulis kisah hidupnya merasa sangat merinding mendengarnya.
“ Biarlah semua orang bisa merampas apa saja dari tubuhku, tetapi mereka tidak akan bisa merampas iman dan kepercayaanku kepada Kristus hingga ajalku nanti “
Dikala Susan kembali kerumah mereka datangla kedua orangtuanya dari Indonesia ke Denmark tahun 2009, dan setahun kemudian waktu Susan masih duduk dikursiroda(nota bene ada masalah rumahtangganya, akan tetapi dia tidak mau mengatakan hal itu pada orangtua maupun keluarga lainnya tahun 2010 bersama suami dan putrinya si Tamara.)
Begitu kuat dan tegarnya Susan dalam beriman, hingga mampu melewati semua masa sulitnya.
Perceraian itu telah membuatnya sangat marah tetapi iman dan putri kecilnya adalah penguat yang sangat istimewa dan setelah satu setengah tahunperceraian itu bahwa Susan tidak duduk lagi di kursiroda. Susan tidak tenggelam dalam kesedihan yang berkepanjangan.
Saat ini Susan hidup disebuah apartemen dilantai satu jika ingin turun ke lantai dasar dia bisa berjalan sendiri dengan berpegangan pada pagar disepanjang tangga. Dan pemerintah Denmark juga banyak membantunya antara lain dengan mengirimkan seorang asisten yang datang setiap hari untuk membersihkan apartemennya, memasak, Berenang, bersosial, bergereja dll, Susan juga mendapat tunjangan social untuk hidupnya setiap bulan.
Putrinya si Tamara masih tinggal bersama ayahnya dan ibu tirinya. Nanti ketika usia Tamara 18 tahun dia baru boleh memilih ingin tinggal dengan ayah atau ibunya, sesuai dengan undang undang yang berlaku di Denmark.
Saat ini Susan bisa bertemu dengan putrinya setiap hari Rabu sepulang sekolah hingga jam 8 malam. Dan pada hari Jumat sepulang sekolah sampai hari Minggu jam 8 malam Tamara akan tinggal bersama Susan. Kim tetap menjaga komunikasi dengan Susan karena mereka memiliki anak, namun komunikasi itu dilakukan tanpa sepengetahuan istrinya, karena istrinya adalah seorang pencemburu.
Susan berterimakasih pada KBRI di Kopenhagen Denmark yang telah berikan bantuan padanya soal Pasport dll.
Dan Susan sekarang setelah berkali kali menjalani operasi , maka bahasa Inggris tidak begitu bagus ada tata bahasa kala menulis akan tetapi dia mengerti semua hanya mengucapkan tidak sempurna lagi, dan begitu juga dengan bahasa Denmark juga bahasa Indonesia.
Ketika mengakhiri pembicaraan dengan saya, saya menanyakan apa hobby nya kini setelah kondisinya seperti ini, dengan ceria Susan tertawa dan berkata
“ Hobi saya sekarang makan, karena hidup saya untuk makan, saya juga sukai bermacam ragam Music dan terutama selalu Bersyukur pada Jesus Kristus . Saya juga suka menonton film, lebih bagus kalau ada suara buat orang buta mengatakan semua apa yang terjadi atau saya sudah pernah menontonnya sewaktu saya belum cacat buta. Kalau ada seseorang bepergian naik mobil, atau Kereta api di Eropa, dan mengatakan semua yang kami lalui saya sangat menikmatinya juga”, oh iya kalau naik Pesawat atau Kapal laut keduanya tidak perlu diceritakan pemandangannya soalnya hanya awan dan air.)
Oh iya setelah Tuna Netra, Pemerintah Denmark berikan pertolongan dengan saya tetap bisa pakai computer dengan adanya Program khusus buat orang Buta”JAWS”, jadi saya ada E-mail: susan.hansen1201@gmail.com, Faceboo: Susan Tampubolon Hansenk(bisa Likis, Komentar dll), Youtube(hanya bisa dengarkan suara hehehe), Skype, Internet, Google, , Messanger dan WA. Hanya gbisa pakai telefon dan Video call biar lebih mudah dari seluruh penjuru Dunia…. dengan catatan selagi ada yang call aku harus bilang ini Video call, jadi aku ketahui kan kasihan orang lain akan sibuk deh melihat telingaku saja wakakaka akan tetapi tidak Chatting, Skype , sungguh besar Kuasa Yesus Kristus.
Saya senang mendengar tawa cerianya. Dan nada bicaranya yang lugas meski harus perlahan. Ingatannya juga sangat kuat. Di akhir percakapan kami dia memberikan sebuah pesan.
“Peliharalah iman, karena iman akan menyelamatkanmu dari cobaan apapun dalam hidup. Iman tidak akan membuatmu menyerah meski dirimu hampir tenggelam. Percayalah bahwa semua kekuatan ada didalam iman”
Kemandirian hidup dari Susan yang kedua matanya buta di negara barat dia harus menerima keadaan iklim, kesulitan baik bahasa dan budaya…., jalan yang dia harus lalui sesungguhnya sangat keras sekali. Dia bisa melewatinya karena dia mempunyai kemauan keras dan kedalaman imannya pada TuhanJesus Kristus.
Hidup tidak selalu indah, tetapi iman dan usaha keras akan memberikan hasil yang baik. Susan telah membuktikannya dalam sepanjang perjalanan hidupnya yang sangat keras dan berliku-liku. Tetapi badai tidak pernah berhasil memporak porandakan dirinya.
“ Jika kamu tidak menemukan buku di rak, maka tulislah sendiri “
Dan Susan telah menggoreskan sendiri pena kehidupannya dengan berani. Tetaplah menjadi inspirasi Susan, salut pada keteguhan hatimu!
Notes : Puji Tuhan Yesus Kristus Tamara sekarang sudah tinggal bersama si Susan sebab dia sudah 18 tahun dan berhak memilih mau tinggal dengan siapa (walaupun memakan waktu lama sekali menurut Susan dan Tamara sendiri)
Aku kembali di Operasi hari Selasa tgl 5 Maret 2024 dari jam 8 pagi sampai jam 12 siang baru selesai (operasi besar mengangkat alias diambil Kandungan dan Tempat Sel Telur dari Rahimku).
Sejak aku diceraikan bahwa terakhir aku ke Indonesia mengunjungi kedua orang tuaku dan keluarga lainnya bersama putriku si Tamara dan sebelum diceraikan dengan mantanku bulan September 2010 (hal itu sangat aku rindukan, tetapi tidak bisa aku lakukan sebab biayanya mahal sekali untuk 3 orang sebab aku harus ada asisten atau orang lain untuk membantuku sebab si Tamara bukanlah pembantu tapi putriku lagian dia masih Remaja serta biaya selama di Indonesia?).
Itulah kendalaku saat ini sebelum kedua orantuaku meninggal dunia atau aku sendiri?
Mengenai kedua anak tiriku sampai sekarang kami masih kontak dan mereka suka mengunjungi aku serta si Tamara (dan ada cerita setelah bercerai malah si Pernille pergi ke Indonesia dengan bantuanku agar tinggal dirumah keluargaku selama disana)
Hormat dari Eropa Denmark
Susan Hansen