RADIOPENSIUNAN.COM
Oleh : Afif Yufril
Suara atau vokal penyanyi asal Pematang Siantar, Sumatera Utara, Eddy Silitonga, dikenal melengking tinggi dan sangat bening. Rasanya sulit kita cari tandingannya bahkan sampai di masa sekarang.
Eddy juga dikenal sebagai penyanyi serba bisa, ia pandai menyanyikan lagu dengan beragam genre termasuk dalam berbagai bahasa daerah secara fasih. Dalam kesempatan lain, Eddy juga pandai menyanyikan lagu-lagu Mandarin dengan baik.
Jatuh Bangun Karir Eddy Silitonga di Musik
Ada pepatah menyebutkan; tidak mudah menggali kesuksesan. Dan berlian yang diperoleh lewat perjuangan maha berat, akan berkilau selamanya. Diamonds are forever kata orang Inggris!
Kita bisa menggambarkan perjalanan karir seorang Eddy Silotanga di pentas musik Indonesia layaknya pepatah tadi. Meski memiliki suara yang bagus kalau tidak ingin kita katakan sempurna, perjalanan Eddy Silitonga masuk ke industri musik tanah air tidak mudah.
Eddy Silitonga yang bernama lengkap Charles Edison Silitonga lahir di Pematang Siantar pada 17 November 1949. Bakat menyanyinya sudah terasah sejak kecil. Hidupnya di masa itu antara sekolah dan menyanyi.
Saat SMA, Eddy dan kawan-kawannya membentuk band bernama Madya Sapta yang merupakan band PTPN atau PT Perkebunan Nusantara 3 di Rantau Prapat. Selain vokalis, Eddy adalah gitaris di band itu.
Tahun 1967, Eddy Silitonga meraih Juara 1 Penyanyi Seriosa Sumatera Utara. Selain itu ia juga meraih Juara Pop Singer di Medan. Lulus SMA, Eddy melanjutkan sekolah ke Mapua Institute of Technolgy di Filipina selama 3 tahun.
Kembali ke tanah air tahun 1969, ia memilih langsung ke Jakarta dengan harapan terjun di dunia musik. Namun, saat melamar sebagai penyanyi di beberapa label rekaman, Eddy ditolak dengan berbagai alasan. Suara dan tampangnya disebut kampungan, tidak laku dijual.
Tidak patah semangat, Eddy lalu mengikuti beberapa perlombaan menyanyi tingkat nasional, di antaranya Festival Lagu Populer tahun 1975. Meski tidak menang, suara Eddy selalu memukau banyak orang.
Lewat festival-festival menyanyi itu Eddy Silitonga berkesempatan berlaga dan berkenalan dengan penyanyi-penyanyi tenar masa itu seperti Broery Pesolima, Melky Goeslaw, Grace Simon dan Bob Tutupoly.
Kisah sukses Eddy Silitonga sebagai penyanyi baru terbuka ketika Rinto Harahap mendirikan perusahaan rekaman Lolypop di tahun 1976. Rinto kepincut melihat penampilan Eddy Silitonga di TVRI.
Eddy kemudian digaet masuk menjadi artis penyanyi pertama Lolypop. Rinto memberikan lagu ciptannya berjudul “Biarlah Sendiri” kepada Eddy. Lagu tersebut meledak di pasaran, Nama Eddy Silitonga mendadak dikenal luas seantero Nusantara. Bersama Lolypop, Eddy merilis beberapa album pop.
Mama
Selain lagu “Biarlah Sendiri” ciptaan Rinto Harahap, Eddy Silitonga juga mencatat sukses luar biasa lewat dua lagu ciptaan Bartje Van Houten yang ia rekam di label musik Remaco yakni “Tabahkanlah Hatimu” dan “Kini Kusadari”.
Sebenarnya, ada cerita menarik dibalik kontrak rekaman Eddy Silitonga dengan Remaco dan Lolypop. Sebelum kontrak dengan Lolypop, ternyata Eddy sudah lebih dulu teken kontrak dengan Remaco.
“Double contract” dengan label rekaman begini tentu menjadi masalah. Untungnya, persoalan tersebut kemudian dapat disepakati bersama antara Eugene Timothy sebagai bos Remaco dengan Rinto Harahap pemilik Lolypop.
Di masa rekaman dengan Lolypop, Eddy berkewajiban menyelesaikan kontrak albumnya yang sudah ia sepakati dengan Remaco. Makanya di tahun 1976 dan 1977 itu kita melihat Eddy Silitonga banyak mengeluarkan album di perusahaan rekaman Lolypop maupun Remaco.
Sementara, selain pencipta lagu Rinto Harahap dan Bartje Van Houten, ada satu lagi musisi yang jatuh hati dengan suara Eddy Silitonga. Dia adalah drumer Koes Plus, Murry.
Di Koes Plus, Murry dikenal lewat lagu-lagu ciptaannya seperti “Kolam Susu”, “Bujangan”, “Kapan-kapan”, “Hidup yang Sepi” dan masih banyak lagi.
Tahun 1977, Murry membuatkan sebuah lagu untuk Eddy Silitonga berjudul “Mama”. Lagu ini seperti mengulang sukses besar Eddy Silitonga di tahun sebelumnya. Interpretasi Eddy Silitonga di lagu ini luar biasa.
Album yang berisi lagu “Mama” itu laris manis, diputar di radio dan TVRI. Saking populernya lagu ini, di tahun yang sama, produser yang juga bintang film Hamid Arief langsung mengajak Eddy untuk bermain sebagai bintang utama dalam film “Kembalilah Mama”.
Lagu “Mama” dipasang menjadi soudtrack utama film yang disutradarai oleh Nawi Ismail ini. Terkait filmnya ini, dalam banyak kesempatan Eddy Silitonga menceritakan bahwa ia merasa malu bermain di film tersebut. Eddy bahkan tidak berani menonton film yang terbilang sukses itu.
Pasalnya, ia merasa bukan bintang film melainkan seorang penyanyi. Film itu memang dibuat untuk kebutuhan promosi lagu “Mama”. Padahal, penampilan Eddy di film yang menceritakan penggalan kisah hidupnya itu tidak terlalu mengecewakan.
Eddy selalu menolak setiap tawaran film yang datang untuk dirinya. Ia ingin fokus di dunia tarik suara. Film “Kembalilah Mama” pada akhirnya menjadi satu-satunya film yang dimainkan oleh Eddy Silitonga.
Popularitas yang diraih menjadikan Eddy Silitonga sebagai penyanyi termahal di masa itu. Bahkan untuk lagu “Mama” sendiri, komposernya, Murry menerima honor Rp 1 juta.
Di puncak karirinya itu, antara tahun 1976 – 1979, Eddy Silitonga membentuk Eddy’s Group yang diisi 5 personil termasuk dirinya. Bersama Eddy’s Group, Eddy makin menununjukkan kemampuannya yang luar biasa di dunia musik.
Hanya dalam masa empat tahun di awal karirnya, Eddy merilis puluhan album dengan berbagai genre musik. Kita bisa sebut di antaranya ada album pop Indonesia, album-album pop berbahasa daerah (Tapanuli, Minang, Palembang, Jawa, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sunda, Manado dan Melayu), album Rohani, Seriosa, Keroncong bahkan album-album Dangdut.
Eddy dan Titiek Puspa
Kalau membicarakan lagu-lagu Eddy Silitonga, rasanya ada yang kurang jika kita tidak menyinggung sedikit kedekatana Eddy Silitonga dengan Titiek Puspa. Eddy boleh jadi merupakan penyanyi yang paling banyak membawakan lagu-lagu karya cipta Titiek Puspa.
Di tahun 1970 an itu, kita tahu, Titiek Puspa menjadi salah satu penyanyi utama termasuk sebagai seorang pencipta lagu. Tidak banyak penyanyi yang berkesempatan membawakan lagu-lagu ciptaan Titiek Puspa.
Lantas bagaimana Titiek Puspa bisa menciptakan banyak lagu yang dinyanyikan oleh Eddy Silitonga? Ternyata, semua bisa terjadi karena Titiek Puspa juga sangat mengagumi suara Eddy Silitonga.
Titik Puspa memberikan julukan “Suara Malaikat dari Pematang Siantar” kepada Eddy Silitonga. Ada sekitar 16 lagu ciptaan Titiek Puspa yang diberikan kepada Eddy Silitonga.
Paling populer adalah lagu berjudul “Jatuh Cinta”. Selain itu ada lagu lain seperti “Adakah Cinta Abadi”, “Rindu Setengah Mati”, “Hitam Atas Putih”, lagu berbahasa Jawa “Romo Ono Maling” dan lain sebagainya.
Kalau kita cermati, Eddy merupakan penyanyi yang mampu menghidupkan karakter centil ataupun sedih dalam waktu bersamaan di lagu-lagu ciptaan Titiek Puspa. Kita tahu karakter ini sudah menjadi “trade mark” nya Titiek Puspa.
Eddy Silitonga bisa kita sebut salah satu master vokal. Saat bernyanyi, ia sangat mudah menghadirkan suasana hati di lagu-lagu yang up beat maupun mellow sekali pun. Saya cenderung menyebut dirinya sebagai Titiek Puspa-nya laki!
Lagu “Hitam Putih” diciptakan oleh Titiek Puspa berdasarkan sosok Eddy Silitonga. Sebegitu dekatnya Titiek Puspa dengan Eddy Silitonga.
Eddy Njawani Banget!
Kita patut bersyukur di masa sekarang, karya-karya Eddy Silitonga dengan mudah dapat didengarkan atau penampilan sang artis secara langsung bisa kita lihat di YouTube.
Nah, kalau mendengarkan Eddy Silitonga menyanyikan lagu-lagu dengan lirik berbahasa Jawa, banyak orang yang tidak mengira bahwa penyanyinya berasal dari Tapanuli atau orang Batak.
Mendengarkan Eddy Siltonga menyanyikan lagu berbahasa Jawa, ia dipuji bahkan lebih “njawani” dibanding orang Jawa sekali pun. Apalagi jika Eddy menyanyikan lagu “Romo Ono Maling” karya Titiek Puspa.
Dlam perjalanan karirnya, Eddy Silitonga membuat banyak album berbahasa daerah, salah satu yang cukup banyak dibuat adalah album berbahasa Jawa. Eddy pun sempat membuat album duet lagu-lagu Jawa dengan penyanyi langgam Jawa yang juga Ratu Keroncong Waldjinah.
Menyanyikan lagu dengan beragam genre atau berbagai bahasa menjadi tantangan bagi seorang penyanyi profesional. Kemampuan ini secara baik kalau kita lihat, terus terang, paling banyak dimiliki oleh penyanyi-penyanyi era 70 an.
Eddy Silitonga adalah satu yang terbaik. Tidak hanya lagu berbahasa Jawa saja, Eddy pun menyanyikan lagu-lagu berbahasa daerah lainnya dengan baik dan benar. Nah, soal kemampuannya menyanyikan lagu-lagu berbahasa Jawa secara sempurna, ternyata Eddy punya cerita.
Saat remaja, Eddy sempat berpindah dari tempat lahirnya di Pematang Siantar ke Kabupaten Labuhan Batu, masih di Sumatera Utara. Di daerah ini menetap banyak sekali orang Jawa yang bekerja di perkebunan kelapa sawit.
Jadi, sejak kecil Eddy sudah terbiasa berbahasa Jawa dengan masyarakat sekitar. Ia bahkan sempat mengatakan bahwa di rumahnya sudah terbiasa menggunakan bahasa Jawa, Minang dan Melayu ketimbang bahasa ibunya bahasa Batak.
Jagonya Lagu Pop Melayu
Kalau membayangkan penyanyi lagu-lagu pop Melayu, ada tiga nama yang dengan mudah bisa kita sebut yakni Said Effendi, Eddy Silitonga dan Victor Hutabarat.
Said Effendi adalah musisi tahun 50 an yang kita ketahui banyak menciptakan dan menyanyikan lagu-lahu pop Melayu seperti “Seroja”, “Fatwa Pujangga”, “Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu”, dan lain-lain.
Lagu-lagu Said Effendi menjadi acuan generasi setelahnya yang membawakan lagu-lagu pop Melayu. Eddy Silitonga dan Victor Hutabarat adalah sahabat karib. Tahun 90 an, Victor Hutabarat sempat mengeluarkan album pop Melayu berisi lagu-lagu milik Said Effendi yang cukup laris manis di pasaran.
Sebelumnya, kalau kita mundur ke belakang, di tahun 1970 an dan 1980 an, Eddy Silitonga juga sudah banyak menelurkan album pop Melayu. Di antaranya tentu saja ia membawakan karya-karya legenda Said Effendi.
Eddy selalu tampil sempurna di genre musik apa saja yang ia bawakan. Tidak terkecuali pop Melayu. Bahkan, saya berani mengatakan bahwa Eddy Silitonga adalah salah satu penyanyi pop Melayu terbaik yang pernah kita miliki.
Entah bagaimana ceritanya soal Eddy yang sempuran membawakan lagu-lagu pop Melayu, saya lebih memilih menyebutnya seorang jenius dalam bidang tarik suara.
Dalam album-album pop Melayu-nya, Eddy Silitonga tidak hanya membawakan lagu-lagu karya Said Effendi, tapi juga lagu-lagu pop Melayu ciptaan Rinto Harahap, Charles Hutagalung, Is Haryanto, Gatot Sunyoto dan Bartje van Houten.
Tentu banyak hal baik yang bisa kita petik dari perjalanan hidup Eddy Silitonga. Eddy Silitonga meninggal pada 25 Agustus 2016 di RS Fatmawati Jakarta karena sakit yang ia derita.
Ia meninggalkan 5 anak, dua di antaranya kembar Marco dan Mario yang kini terjun mengikuti jejak ayahnya sebagai penyanyi. Legacy Eddy Silitonga sebagai musisi dan penyanyi tentu wajib kita jaga dan kenang. Meski beliau sudah tidak ada, tapi lagu-lagunya masih ada di telinga kita.
Lagu-lagu Eddy Silitonga :
- Jatuh Cinta
- Rindu Setengah Mati
- Tangis dan Cinta
- Biarlah Sendiri
- Tabahkanlah Hatimu
- Kini Kusadari
- Mama
- Doa
- Lancang Kuning
- Hitam Atas Putih
- Adakah Cinta Abadi
- Romo Ono Maling
- Ngelamar Dadi Kasir
- Susu Segar
- Ben Aku Sing Sengsoro
- Jeritan Hati
- Takana Adiak
- Alusia Au
- Di Ambang Sore
- Seroja
- Sorga di Bawah Telapak Kaki Ibu