Loading ...
’ Eddy Silitonga Suara Malaikat dari Pematang SiantarRADIO PENSIUNAN
Rabu, Juni 18, 2025
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • #DariSahabat
  • Program
  • Kerjasama
RADIO PENSIUNAN
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Profil
    • Pengelola
    • Kontak
  • Program
  • #DariSahabat
  • Warta Pensiunan
  • Kerjasama
RADIO PENSIUNAN
Home Artikel Warta Pensiunan

Eddy Silitonga Suara Malaikat dari Pematang Siantar

Admin Admin
18 Mei 2025
in Warta Pensiunan
0
Eddy Silitonga Suara Malaikat dari Pematang Siantar
0
SHARES
58
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

RADIOPENSIUNAN.COM

Oleh : Afif Yufril

Related posts

10 Cara Mencegah Gagal Ginjal

10 Cara Mencegah Gagal Ginjal

17 Juni 2025
8 Cara Mencegah Kanker Sejak Dini

8 Cara Mencegah Kanker Sejak Dini

17 Juni 2025

Suara atau vokal penyanyi asal Pematang Siantar, Sumatera Utara, Eddy Silitonga, dikenal melengking tinggi dan sangat bening. Rasanya sulit kita cari tandingannya bahkan sampai di masa sekarang.

Eddy juga dikenal sebagai penyanyi serba bisa, ia pandai menyanyikan lagu dengan beragam genre termasuk dalam berbagai bahasa daerah secara fasih. Dalam kesempatan lain, Eddy juga pandai menyanyikan lagu-lagu Mandarin dengan baik.

Jatuh Bangun Karir Eddy Silitonga di Musik

Ada pepatah menyebutkan; tidak mudah menggali kesuksesan. Dan berlian yang diperoleh lewat perjuangan maha berat, akan berkilau selamanya. Diamonds are forever kata orang Inggris!

Kita bisa menggambarkan perjalanan karir seorang Eddy Silotanga di pentas musik Indonesia layaknya pepatah tadi. Meski memiliki suara yang bagus kalau tidak ingin kita katakan sempurna, perjalanan Eddy Silitonga masuk ke industri musik tanah air tidak mudah.

Eddy Silitonga yang bernama lengkap Charles Edison Silitonga lahir di Pematang Siantar pada 17 November 1949. Bakat menyanyinya sudah terasah sejak kecil. Hidupnya di masa itu antara sekolah dan menyanyi.

Saat SMA, Eddy dan kawan-kawannya membentuk band bernama Madya Sapta yang merupakan band PTPN atau PT Perkebunan Nusantara 3 di Rantau Prapat. Selain vokalis, Eddy adalah gitaris di band itu.

Tahun 1967, Eddy Silitonga meraih Juara 1 Penyanyi Seriosa Sumatera Utara. Selain itu ia juga meraih Juara Pop Singer di Medan. Lulus SMA, Eddy melanjutkan sekolah ke Mapua Institute of Technolgy di Filipina selama 3 tahun.

Kembali ke tanah air tahun 1969, ia memilih langsung ke Jakarta dengan harapan terjun di dunia musik. Namun, saat melamar sebagai penyanyi di beberapa label rekaman, Eddy ditolak dengan berbagai alasan. Suara dan tampangnya disebut kampungan, tidak laku dijual.

Tidak patah semangat, Eddy lalu mengikuti beberapa perlombaan menyanyi tingkat nasional, di antaranya Festival Lagu Populer tahun 1975. Meski tidak menang, suara Eddy selalu memukau banyak orang.

Lewat festival-festival menyanyi itu Eddy Silitonga berkesempatan berlaga dan  berkenalan dengan penyanyi-penyanyi tenar masa itu seperti Broery Pesolima, Melky Goeslaw, Grace Simon dan Bob Tutupoly.

Kisah sukses Eddy Silitonga sebagai penyanyi baru terbuka ketika Rinto Harahap mendirikan perusahaan rekaman Lolypop di tahun 1976. Rinto kepincut melihat penampilan Eddy Silitonga di TVRI.

Eddy kemudian digaet masuk menjadi artis penyanyi pertama Lolypop. Rinto memberikan lagu ciptannya berjudul “Biarlah Sendiri” kepada Eddy. Lagu tersebut meledak di pasaran, Nama Eddy Silitonga mendadak dikenal luas seantero Nusantara. Bersama Lolypop, Eddy merilis beberapa album pop.

Mama

Selain lagu “Biarlah Sendiri” ciptaan Rinto Harahap, Eddy Silitonga juga mencatat sukses luar biasa lewat dua lagu ciptaan Bartje Van Houten yang ia rekam di label musik Remaco yakni “Tabahkanlah Hatimu” dan “Kini Kusadari”.

Sebenarnya, ada cerita menarik dibalik kontrak rekaman Eddy Silitonga dengan Remaco dan Lolypop. Sebelum kontrak dengan Lolypop, ternyata Eddy sudah lebih dulu teken kontrak dengan Remaco.

“Double contract” dengan label rekaman begini tentu menjadi masalah. Untungnya, persoalan tersebut kemudian dapat disepakati bersama antara Eugene Timothy sebagai bos Remaco dengan Rinto Harahap pemilik Lolypop.

Di masa rekaman dengan Lolypop, Eddy berkewajiban menyelesaikan kontrak albumnya yang sudah ia sepakati dengan Remaco. Makanya di tahun 1976 dan 1977 itu kita melihat Eddy Silitonga banyak mengeluarkan album di perusahaan rekaman Lolypop maupun Remaco.

Sementara, selain pencipta lagu Rinto Harahap dan Bartje Van Houten, ada satu lagi musisi yang jatuh hati dengan suara Eddy Silitonga. Dia adalah drumer Koes Plus, Murry.

Di Koes Plus, Murry dikenal lewat lagu-lagu ciptaannya seperti “Kolam Susu”, “Bujangan”, “Kapan-kapan”, “Hidup yang Sepi” dan masih banyak lagi.

Tahun 1977, Murry membuatkan sebuah lagu untuk Eddy Silitonga berjudul “Mama”. Lagu ini seperti mengulang sukses besar Eddy Silitonga di tahun sebelumnya. Interpretasi Eddy Silitonga di lagu ini luar biasa.

Album yang berisi lagu “Mama” itu laris manis, diputar di radio dan TVRI. Saking populernya lagu ini, di tahun yang sama, produser yang juga bintang film Hamid Arief langsung mengajak Eddy untuk bermain sebagai bintang utama dalam film “Kembalilah Mama”.

Lagu “Mama” dipasang menjadi soudtrack utama film yang disutradarai oleh Nawi Ismail ini. Terkait filmnya ini, dalam banyak kesempatan Eddy Silitonga menceritakan bahwa ia merasa malu bermain di film tersebut. Eddy bahkan tidak berani menonton film yang terbilang sukses itu.

Pasalnya, ia merasa bukan bintang film melainkan seorang penyanyi. Film itu memang dibuat untuk kebutuhan promosi lagu “Mama”. Padahal, penampilan Eddy di film yang menceritakan penggalan kisah hidupnya itu tidak terlalu mengecewakan.

Eddy selalu menolak setiap tawaran film yang datang untuk dirinya. Ia ingin fokus di dunia tarik suara. Film “Kembalilah Mama” pada akhirnya menjadi satu-satunya film yang dimainkan oleh Eddy Silitonga.

Popularitas yang diraih menjadikan Eddy Silitonga  sebagai penyanyi termahal di masa itu. Bahkan untuk lagu “Mama” sendiri, komposernya, Murry menerima honor Rp 1 juta.

Di puncak karirinya itu, antara tahun 1976 – 1979, Eddy Silitonga membentuk Eddy’s Group yang diisi 5 personil termasuk dirinya. Bersama Eddy’s Group, Eddy makin menununjukkan kemampuannya yang luar biasa di dunia musik.

Hanya dalam masa empat tahun di awal karirnya, Eddy merilis puluhan album dengan berbagai genre musik. Kita bisa sebut di antaranya ada album pop Indonesia, album-album pop berbahasa daerah (Tapanuli, Minang, Palembang, Jawa, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sunda, Manado dan Melayu), album Rohani, Seriosa, Keroncong bahkan album-album Dangdut.

Eddy dan Titiek Puspa

Kalau membicarakan lagu-lagu Eddy Silitonga, rasanya ada yang kurang jika kita tidak menyinggung sedikit kedekatana Eddy Silitonga  dengan Titiek Puspa. Eddy boleh jadi merupakan penyanyi yang paling banyak membawakan lagu-lagu karya cipta Titiek Puspa.

Di tahun 1970 an itu, kita tahu, Titiek Puspa menjadi salah satu penyanyi utama termasuk sebagai seorang pencipta lagu. Tidak banyak penyanyi yang berkesempatan membawakan lagu-lagu ciptaan Titiek Puspa.

Lantas bagaimana Titiek Puspa bisa menciptakan banyak lagu yang dinyanyikan oleh Eddy Silitonga?  Ternyata, semua bisa terjadi karena Titiek Puspa juga sangat mengagumi suara Eddy Silitonga.

Titik Puspa memberikan julukan “Suara Malaikat dari Pematang Siantar” kepada Eddy Silitonga. Ada sekitar 16 lagu ciptaan Titiek Puspa yang diberikan kepada Eddy Silitonga.

Paling populer adalah lagu berjudul “Jatuh Cinta”. Selain itu ada lagu lain seperti “Adakah Cinta Abadi”, “Rindu Setengah Mati”, “Hitam Atas Putih”, lagu berbahasa Jawa “Romo Ono Maling” dan lain sebagainya.

Kalau kita cermati, Eddy merupakan penyanyi yang mampu menghidupkan karakter centil ataupun sedih dalam waktu bersamaan di lagu-lagu ciptaan Titiek Puspa. Kita tahu karakter ini sudah menjadi “trade mark” nya Titiek Puspa.

Eddy Silitonga bisa kita sebut salah satu master vokal. Saat bernyanyi, ia sangat mudah menghadirkan suasana hati di lagu-lagu yang up beat maupun mellow sekali pun. Saya cenderung menyebut dirinya sebagai Titiek Puspa-nya laki!

Lagu “Hitam Putih” diciptakan oleh Titiek Puspa berdasarkan sosok Eddy Silitonga. Sebegitu dekatnya Titiek Puspa dengan Eddy Silitonga.

Eddy Njawani Banget!

Kita patut bersyukur di masa sekarang, karya-karya Eddy Silitonga dengan mudah dapat didengarkan atau penampilan sang artis secara langsung bisa kita lihat di YouTube.

Nah, kalau mendengarkan Eddy Silitonga menyanyikan lagu-lagu dengan lirik berbahasa Jawa, banyak orang yang tidak mengira bahwa penyanyinya berasal dari Tapanuli atau orang Batak.

Mendengarkan Eddy Siltonga menyanyikan lagu berbahasa Jawa, ia dipuji bahkan lebih “njawani” dibanding orang Jawa sekali pun. Apalagi jika Eddy menyanyikan lagu “Romo Ono Maling” karya Titiek Puspa.

Dlam perjalanan karirnya, Eddy Silitonga  membuat banyak album berbahasa daerah, salah satu yang cukup banyak dibuat adalah album berbahasa Jawa. Eddy pun sempat membuat album duet lagu-lagu Jawa dengan penyanyi langgam Jawa yang juga Ratu Keroncong Waldjinah.

Menyanyikan lagu dengan beragam genre atau berbagai bahasa menjadi tantangan bagi seorang penyanyi profesional. Kemampuan ini secara baik kalau kita lihat, terus terang, paling banyak dimiliki oleh penyanyi-penyanyi era 70 an.

Eddy Silitonga adalah satu yang terbaik. Tidak hanya lagu berbahasa Jawa saja, Eddy pun menyanyikan lagu-lagu berbahasa daerah lainnya dengan baik dan benar. Nah, soal kemampuannya menyanyikan lagu-lagu berbahasa Jawa secara sempurna, ternyata Eddy punya cerita.

Saat remaja, Eddy sempat berpindah dari tempat lahirnya di Pematang Siantar ke Kabupaten Labuhan Batu, masih di Sumatera Utara. Di daerah ini menetap banyak sekali orang Jawa yang bekerja di perkebunan kelapa sawit.

Jadi, sejak kecil Eddy sudah terbiasa berbahasa Jawa dengan masyarakat sekitar. Ia bahkan sempat mengatakan bahwa di rumahnya sudah terbiasa menggunakan bahasa Jawa, Minang dan Melayu ketimbang bahasa ibunya bahasa Batak.

Jagonya Lagu Pop Melayu

Kalau membayangkan penyanyi lagu-lagu pop Melayu, ada tiga nama yang dengan mudah bisa kita sebut yakni Said Effendi, Eddy Silitonga dan Victor Hutabarat.

Said Effendi adalah musisi tahun 50 an yang kita ketahui banyak menciptakan dan menyanyikan lagu-lahu pop Melayu seperti “Seroja”, “Fatwa Pujangga”, “Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu”, dan lain-lain.

Lagu-lagu Said Effendi menjadi acuan generasi setelahnya yang membawakan lagu-lagu pop Melayu. Eddy Silitonga dan Victor Hutabarat adalah sahabat karib. Tahun 90 an, Victor Hutabarat sempat mengeluarkan album pop Melayu berisi lagu-lagu milik Said Effendi yang cukup laris manis di pasaran.

Sebelumnya, kalau kita mundur ke belakang, di tahun 1970 an dan 1980 an, Eddy Silitonga juga sudah banyak menelurkan album pop Melayu. Di antaranya tentu saja ia membawakan karya-karya legenda Said Effendi.

Eddy selalu tampil sempurna di genre musik apa saja yang ia bawakan. Tidak terkecuali pop Melayu. Bahkan, saya berani mengatakan bahwa Eddy Silitonga adalah salah satu penyanyi pop Melayu terbaik yang pernah kita miliki.

Entah bagaimana ceritanya soal Eddy yang sempuran membawakan lagu-lagu pop Melayu, saya lebih memilih menyebutnya seorang jenius dalam bidang tarik suara.

Dalam album-album pop Melayu-nya, Eddy Silitonga tidak hanya membawakan lagu-lagu karya Said Effendi, tapi juga lagu-lagu pop Melayu ciptaan Rinto Harahap, Charles Hutagalung, Is Haryanto, Gatot Sunyoto dan Bartje van Houten.

Tentu banyak hal baik yang bisa kita petik dari perjalanan hidup Eddy Silitonga. Eddy Silitonga meninggal pada 25 Agustus 2016 di RS Fatmawati Jakarta karena sakit yang ia derita.

Ia meninggalkan 5 anak, dua di antaranya kembar Marco dan Mario yang kini terjun mengikuti jejak ayahnya sebagai penyanyi. Legacy Eddy Silitonga sebagai musisi dan penyanyi tentu wajib kita jaga dan kenang. Meski beliau sudah tidak ada, tapi lagu-lagunya masih ada di telinga kita.

Lagu-lagu Eddy Silitonga :

  1. Jatuh Cinta
  2. Rindu Setengah Mati
  3. Tangis dan Cinta
  4. Biarlah Sendiri
  5. Tabahkanlah Hatimu
  6. Kini Kusadari
  7. Mama
  8. Doa
  9. Lancang Kuning
  10. Hitam Atas Putih
  11. Adakah Cinta Abadi
  12. Romo Ono Maling
  13. Ngelamar Dadi Kasir
  14. Susu Segar
  15. Ben Aku Sing Sengsoro
  16. Jeritan Hati
  17. Takana Adiak
  18. Alusia Au
  19. Di Ambang Sore
  20. Seroja
  21. Sorga di Bawah Telapak Kaki Ibu

 

Previous Post

Nyepi Celebrations: Mobile Internet Turned Off For Bali's New Year

Next Post

Ngurah Rai International Airport To Close For 24 Hours For Nyepi

Next Post

Ngurah Rai International Airport To Close For 24 Hours For Nyepi

RECOMMENDED NEWS

Wayang Orang Ngesti Pandowo di Radio Pensiunan

Wayang Orang Ngesti Pandowo di Radio Pensiunan

6 bulan ago
HOME

Kenangan Indah di Nostalgia Pensiunan

11 bulan ago
Wajib Tau Hemat Listrik Saat Memakai AC

Wajib Tau Hemat Listrik Saat Memakai AC

6 bulan ago
Mengaktualisasikan Pancasila Dalam Menyambut Ramadhan

Mengaktualisasikan Pancasila Dalam Menyambut Ramadhan

1 tahun ago

FOLLOW US

  • 139 Follower

BROWSE BY CATEGORIES

  • Dari Redaksi
  • Galeri Radio Pensiunan
  • Warta Pensiunan

BROWSE BY TOPICS

2018 League Balinese Culture Bali United Budget Travel Champions League Chopper Bike Doctor Terawan Istana Negara Market Stories National Exam Visit Bali

POPULAR NEWS

  • Siaran di Radio Pensiunan

    Siaran di Radio Pensiunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Update Applikasi Radio Pensiunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Salam Pensiunan Gembira

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Radio Pensiunan WhatsApp 081234599214

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • City Tour Radio Pensiunan Jatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
RADIO PENSIUNAN

© 2025 Radio Pensiunan - Pabriknya Kebahagiaan Radio Pensiunan.

Navigasi Situs

  • Beranda
  • Tentang Kami
  • #DariSahabat
  • Program
  • Kerjasama

Ikuti Sosial Media Kami

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Profil Media
    • Kontak
    • Pengelola
    • Data Pendengar
    • HKI
  • Program
  • #DariSahabat
  • Kerjasama