RADIOPENSIUNAN.COM
Simak Band Legenda Indonesia di Radio Pensiunan setiap Sabtu Pukul 19.00 dan disiarkan ulang Minggu Pukul 13.00. Bisa kirim reques lagu Band Legenda Indonesia favorit dan rekaman karaokenya kirim ke WA 081234599214.
Koes Plus adalah grup musik Indonesia yang dibentuk pada tahun 1968. Koes Plus merupakan grup musik keluarga yang merupakan kelanjutan dari grup musik Koes Bersaudara yang memiliki formasi terkenal Tonny Koeswoyo selaku kibordis, gitaris utama dan bassis, Yon Koeswoyo selaku gitaris ritme dan vokalis utama, Yok Koeswoyo selaku bassis dan gitaris utama, dan Murry selaku drummer, gitaris, perkusionis, dan alat musik pukul tradisional Jawa lainnya.
Pertama kali mengeluarkan albumnya pada tahun 1969, Koes Plus awalnya memainkan lagu-lagu populer barat yang saat itu didominasi The Beatles, Led Zeppelin, Deep Purple, Grand Funk Railroad dan Black Sabbath. Grup musik yang puncak popularitasnya terjadi pada dasawarsa 1970-an ini dianggap sebagai kiblat musik Indonesia dan salah satu pelopor musik pop serta rock and roll di Indonesia. Meskipun demikian, pada akhirnya dalam perjalanan sejarahnya terjadi pergantian anggota band semenjak meninggalnya pimpinan band ini yakni Tonny. Semua anggota mengisi vokal & mencipta lagu. Seperti diketahui, Koes Plus masuk ke dalam daftar The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa verisi majalah Rolling Stone Indonesia.
Bimbo adalah sebuah grup musik Indonesia yang didirikan sekitar tahun 1967. Personil Bimbo terdiri atas Sam, Acil, Jaka dan Iin Parlina.
Berawal dengan Trio Bimbo yang banyak dipengaruhi Musik Latin. Lalu merilis album perdana di label Fontana Singapura dengan Melati Dari Jayagiri karya Iwan Abdurachman. Di era tahun 70-an, Bimbo identik dengan lagu-lagu balada yang cenderung berpola minor dengan lirik-lirik puitis.
Di pertengahan 70-an, Bimbo yang lalu diperkuat oleh Iin Parlina dari Yanti Bersaudara mulai menjamah lagu-lagu dengan tema-tema keseharian seperti Abang Becak hingga lagu-lagu yang titelnya menggunakan serial anggota tubuh seperti Kumis, Tangan hingga Mata yang cenderung bernada humor. Memasuki era 80-an Bimbo mulai bermain dengan lagu-lagu dengan tema-tema kritik sosial seperti Antara Kabul dan Beirut atau Surat Untuk Reagan dan Brezhnev.
Namun, di sisi lain ciri khas sebagai kelompok religius pun melekat erat. Berawal dengan lagu Tuhan karya Sam Bimbo dan berlanjut dengan album qasidah di sekitar tahun 1974.
Dalam perjalanan musiknya Bimbo juga banyak menjalin kolaborasi dengan sederet sastrawan seperti Wing Kardjo dan Taufiq Ismail.
Pada tahun 2007, Bimbo merilis album baru yang antara lain menampilkan karya terbaru Taufiq Ismail yang berpola kritik sosial yaitu Jual Beli dan Hitam Putih.
Panbers adalah satu nama kelompok pemusik yang merupakan kependekan dari Pandjaitan Bersaudara. Kelompok yang didirikan pada tahun 1969 ini terdiri dari empat orang kakak beradik kandung putra-putra dari Drs. JMM Pandjaitan, S.H, (Alm) dengan BSO Sitompul. Mereka adalah Hans Pandjaitan, Benny Pandjaitan, Doan Pandjaitan dan Sido Pandjaitan.
Dengan mengibarkan bendera Panbers, mereka merintis karier mereka di ibukota, mulai dari mengisi acara-acara hiburan di pesta sekolah dan pesta anak muda yang kala itu dikenal dengan ‘pesta dayak’.
Dengan modal tekad yang bulat serta perjuangan yang gigih mereka mencoba mencipta lagu dan membawakannya di pests-pesta masa itu. Satu nomor yang tak henti mereka bawakan adalah Akhir Cinta, sebuah nomor yang melodius yang tiada bosan mereka hantarkan dimana saja mereka mengadakan pertunjukan. Lewat nomor tersebut pulalah nama Panbers mulai dikenal dan membuat era baru dalam dunia musik Indonesia.
Perjalanan karier Panbers diawali dengan kemunculan pertamanya lewat panggung Istora Senayan pada acara Jambore Bands 1970 yang membawa nama Panbers lebih dikenal luas. Terlebih setelah kesempatan muncul di televisi terbuka sudah buat mereka. Maka melengkinglah lagu-lagu orisinil karya mereka sendiri seperti Bye Bye, Jakarta City SOund, Akhir Cinta, Hanya Semusim Bunga dan Hanya Padamu.
Keberhasilan performance mereka di televisi rupanya menarik perhatian bapak Digta Mimi, seorang Manajer perusahaan piringan hitam Dimita Molding Industries, yang kemudian mengantar kelompok Panbers ke dunia rekaman. Mereka diberi kepercayaan untuk mangabadikan lagu-lagu mereka ke dalam bentuk piringan hitam ebonite. Seperti yang telah diketahui, muncullah hit mereka yang abadi, Akhir Cinta yang selalu terpatri di hati penggemar blantika musik Indonesia. Satu tahapan kesuksesan mereka terenggut lewat long play ke-49 produksi PT. Dimita yang bersejarah itu.
Keberhasilan Panbers di dunia rekaman merupakan awal dari kebangkitan grup band di dalam dunia musik Indonesia yang masa itu di dominir oleh penyanyi-penyanyi tunggal. Kelompok Koeswoyo Bersaudara yang sebagai perintis di tahun 60-an, kemudian kemunculan Panbers di awal tahun 1972 yang secara tepat diikuti oleh sekian puluh kelompok pemusik yang meramaikan dunia musik Indonesia hingga saat ini.
Untuk mengikuti perkembangan musik, Kelompok Panbers yang telah kehilangan Hans Pandjaitan, menambah personel ke dalam grup mereka yaitu Maxi Pandelaki yang diberi kesempatan untuk mengisi posisi bas. Sedangkan, Hans Pandjaitan diganti dengan seorang musikus yang bernama Hans Noya.
Panbers telah menciptakan lebih dari 700 lagu dalam ratusan album, baik yang beraliran pop, rock, rohani, keroncong bahkan melayu. Hingga kini kelompok Panbers masih eksis meramaikan dunia musik Indonesia, tidak hanya aktif show-show ke daerah-daerah namun mereka juga masih meliris album.
Beberapa lagu Panbers antara lain Gereja Tua, Cinta dan Permata, Kami Cinta Perdamaian, Indonesia My Lovely Country, Akhir Cinta, Jakarta City Sound, Haai, dan Terlambat Sudah.