RADIOPENSIUNAN.COM
Perjalanan menuju Desa Wisata Ponggok Klaten di kanan kiri jalan mendekati Umbul Besuki terbentang sawah hijau menguning dengan suasana asri. Memasuki tempat wisata Umbul Besuki yang rindang dengan banyaknya pepohonan serta gemericik air dan saluran air jernih yang penuh dengan beragam ikan membuat suasana khas tersendiri. Inilah tempat berlangsungnya Etno Jazz Sawah 2024.
Panggung pertunjukkan di setting memang berada di tengah sawah menjadi sesuatu hal yang unik. Penonton melihat hamparan sawah menguning di depan panggung. Di sebelah kiri ada pemandian atau kolam renang, sehingga sambil berenang bisa melihat penampilan musisi yang tampil. Sedangkan agak kedepan ada sebuah cafe yang menyajikan tempat di lantai 2, sehingga menjadi nyaman saat menonton melihat stage para penampil dari atas.
Etno Jazz Sawah 2024 dibuka dengan penampilan Drumband SDN Ponggok dan Gejog Lesung Sekar Melati sebuah kelompok seni dari Desa Sawahan Burikan Cawas Klaten yang beranggotan ibu ibu petani yang memainkan beberapa komposisi dengan menabuh Lesung menghasilkan harmoni musik yang menarik.
Musisi asal Yogyakarta Memet Chairul Slamet membawakan aransemen yang dia sebut musik air saat tampil di session berikutnya. Memet, yang saat ini aktif bermusik bersama kelompok musik etnik-kontemporer Gangsadewa, membunyikan air dengan berbagai cara. Semakin sederhana media yang digunakan, maka semakin canggih alat dan audio yang diperlukan. Memet melakukan rekayasa artistik sehingga air bisa membuat bunyi dan ritme yang alamiah. “Jadi, ada rekayasa artistik yang saya tampilkan. Lahir istilah instalasi musik air, salah satunya menggunakan alat infus untuk meneteskan air, dengan infus kita bisa menghasilkan tetesan yang berbeda sehingga terbentuklah sebuah ritme secara alamiah dari air,” kata Memet menjelaskan. Air, kata Memet, mengandung filosofi. “Bagaimana kita menghargai air, terus kadang di situasi politik, air memberikan pesan kesejukan, air itu mengalir bahwa orang hidup itu juga mengalir,” kata dia.
Mewakili komunitas tampil Pelipe Solo Jazz Activity dengan balutan komposisi samba bossas.Dari Yogyakarta ada Keroncong Jazz Lastarya yang memadukan latin jazz dan keroncong dalam eksplorasi musiknya. Sementara grup Smara Tantra tampil konsisten dengan menggali idiom musik tradisi nusantara dengan balutan techo jazz modern.
Sebagai pemuncak acara tampil Vertigong & Silir Wangi kolaborasi dengan Trie Utami. Menurut Purwanta pendiri Vertigong mengatakan Trie Utami adalah teman lama yang kebetulan kalau ngomongan soal musik sangat supervensi, baik perilaku maupun karakter memahami antara tradisi dan modern.
Estetika baru harus menemukan sesuatu yang akhirnya menjadi karya baru. Nah dengan Trie Utami, kita kadang bukan butuh penyanyinya, tapi butuh bermusik dengan mulut sehingga kesanggupan itu yang saya butuhkan. Konsepnya sebenarnya hanya ngobrol dialektika musikalitas, kita ngobrol lewat bunyian.Kita menemukan dinamika, sementara kita mau ngomong apa terserah mau ngomongnya semua saling respon konsepnya seperti itu bahwa kita harus menarik , kata Purwanta.
Bagaimana seorang menaklukkan bunyi ? Kita sudah tidak mengkhawatirkan dan tidak pernah meragukan.Sehingga ukurannya bukan sudah baik, tapi harus ada pesan yang disampaikan. Kalau hanya baik, saya pikir sekarang banyak yang bisa melakukan ya. Tapi pesan musikal itu yang hampir kadang dilupakan, padahal itu nilainya di situ yang membedakan kita, lebih lanjut ujar Purwanta.
Sementara Trie Utami mengatakan sudah pernah tampil dengan Mas Purwanta, tapi dalam format yang berbeda. Mas Pur membangun ulang sepertinya ya Vertigong dengan komposisi atau format yang lebih kompleks. Kalau saya sama orang orang seperti mas Purwanta mengandalkan komunikasi saat tampil. Mengandalkan jalan tengah gitu ya , Pertemuan atau irisan irisan yang terjadi dalam improvisasi bermusik kemudian kita hanya bertukar suara dan nada, kata Trie Utami.
Mengawali dengan lagu yang sudah populer yaitu Sekitar Kita, Trie Utami dan Vertigong mampu membuat harmoni nada suara khas tersendiri yang mendapat apresiasi penonton.
Ketua Penyelenggara Klaten Etno Jazz Sawah 2024 Agus Setiawan Basuni mengatakan kegiatan tersebut merupakan sebuah konsep kolaborasi antara Warta Jazz dengan Petani Muda Klaten, Desa Wisata Ponggok, dan Seroja Indonesia untuk artistik. Kolaborasi tersebut menghasilkan sebuah konsep yang memadukan harmoni alam dan harmoni musik dengan sawah.
Acara tersebut diharapkan dapat menggugah kesadaran masyarakat untuk mau sama-sama menjaga alam. Yusuf Mudani dari Petani Muda Klaten berharap kegiatan tersebut mampu mengajak anak muda di Klaten untuk menjadi petani milenial.
“Visi kami adalah mengajak 1.000 petani muda Klaten untuk kembali bertani, maka kita menggunakan berbagai macam cara. Tawaran dari Mas Agus kami sambut dengan baik. Ini nyambung, jazz identik dengan improvisasi, petani juga sama,” kata Yusuf.
Penulis : Adji ( Radio Pensiunan sebagai media partner resmi Klaten Etno Jazz 2024 )