RADIOPENSIUNAN.COM
Acara : PENSIUNAN PUNYA CERITA
Edisi : 17 Desember 2024
JELAJAH KOPI NUSANTARA -1 (Kopi dari SUMATERA)
Kopi Arabica dan Robusta adalah dua jenis kopi yang paling umum ditemukan di pasar. Berikut perbedaan utama antara keduanya:
Kualitas dan Rasa
1. Kopi Arabica: Lebih mahal, memiliki rasa yang lebih kompleks, asam, dan manis. Rasa yang khas adalah fruity, floral, dan wine.
2. Kopi Robusta: Lebih murah, memiliki rasa yang lebih pahit dan kaku. Rasa yang khas adalah earthy, herbal, dan sedikit manis.
Kandungan Kimia
1. Kopi Arabica: Mengandung 0,8-1,2% kafein.
2. Kopi Robusta: Mengandung 1,7-4% kafein, sehingga lebih tinggi.
Proses Penanaman
1. Kopi Arabica: Memerlukan iklim yang lebih dingin (1.000-2.000 mdpl), kelembaban yang tinggi, dan tanah yang subur.
2. Kopi Robusta: Dapat tumbuh di iklim yang lebih hangat (600-1.000 mdpl) dan tanah yang kurang subur.
Produksi
1. Kopi Arabica: Mempunyai produksi yang lebih rendah (70-80% dari total produksi kopi dunia).
2. Kopi Robusta: Mempunyai produksi yang lebih tinggi (20-30% dari total produksi kopi dunia).
Harga
1. Kopi Arabica: Lebih mahal karena proses penanaman dan pengolahan yang lebih sulit.
2. Kopi Robusta: Lebih murah karena proses penanaman dan pengolahan yang lebih mudah.
Penggunaan
1. Kopi Arabica: Cocok untuk membuat kopi espresso, cappuccino, dan latte.
2. Kopi Robusta: Cocok untuk membuat kopi instan, kopi tubruk, dan campuran kopi.
Kesehatan
1. Kopi Arabica: Mengandung antioksidan yang lebih tinggi dan dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung.
2. Kopi Robusta: Mengandung kafein yang lebih tinggi dan dapat menyebabkan efek samping seperti insomnia dan kecemasan.
Pilihan antara kopi Arabica dan Robusta tergantung pada preferensi rasa, budget, dan kebutuhan individu.
Kopi Liberika teridentifikasi thn 1898 oleh ilmuwan Belgia Emile Willdeman.
Hampir semua wilayah di Indonesia sekarang ini mampu menghasilkan kopi yang khas dan unik dan khas. Sayangnya, ada beberapa potensi yang kurang dikenal, meski aroma, rasa dan kualitasnya tergolong luar biasa.
Untuk mengetahuinya, ayo, kita lakukan Jelajah Kopi Nusantara, yang secara garis besar saja sedikitnya 54 wilayah yang memiliki budaya tanam, konsumsi, dan legenda tentang kopi. Padahal jumlah provinsi kita, setelah dimekarkan baru mencapai 38 provinsi.
Saat ini Indonesia menjadi negara terbesar ketiga pemasok kopi dunia; di bawah Brazil dan Vietnam. Tentu agak mengherankan, Vietnam yang luas wilayahnya tidak lebih luas dari wilayah Papua barat (Papua Indonesia) yang sekarang dibagi menjadi 6 wilayah provinsi. Biarlah soal produksi, dibicarakan di ruang para ahli, kita petik saja kisah atau cerita tentang kopi di yang ada di Nusantara.
Mari kita mulai menjelajah dari pulau Sumatera. Di pulau terpadat kedua di Indonesia, setidaknya ada 7 sentra kopi yang dikenal masyarakat. Nama-nama sentra yang sekaligus dipakai sebagai nama kopi, adalah: 1. Gayo (Aceh), 2. Mandailing (Sumut), 3. Lintong (Sumut), 4. Bengkulu, 5. Pagar Alam (Sumsel), 6. Lampung (Lampung), 7. Kerinci (Jambi).
Mari kita kulik satu per satu :
1. Kopi Gayo Aceh. Provinsi Aceh terkenal dengan Kopi Gayo. Hasil Kopi Gayo dikenal memiliki Karakteristik rasa rasa yang lembut dan aroma yang kompleks. Memiliki tingkat keasaman yang rendah dengan body yang tebal dan rasa earthy (aroma seperti tanah tempat kopi ditanam yang tercium pada kopi).
Kopi Gayo memiliki keunggulan: Dikenal sebagai kopi premium dengan profil rasa yang khas dan intens. Kopi Gayo sering menjadi pilihan dalam specialty coffee karena cita rasa uniknya yang dianggap “berkelas”.
2. Kopi Mandailing (Sumatra Utara)’ Karakteristik Rasa: Kopi Mandailing memiliki body yang kental dan halus dengan rasa earthy yang kuat. Terkadang ada sedikit rasa herbal, rempah, atau bahkan tembakau, dengan tingkat keasaman yang rendah.
Keunggulan: Disukai oleh penggemar kopi yang menyukai rasa penuh dan tidak terlalu asam, kopi ini juga sering digunakan dalam campuran espresso untuk menambah kepekatan rasa.
3. Kopi Lintong (Sumatra Utara) Karakteristik Rasa: Memiliki profil rasa yang khas dengan aroma herbal dan earthy yang lembut, serta sedikit rasa cokelat dan rempah.
Keunggulan: Menjadi pilihan bagi penikmat kopi yang menginginkan rasa kopi yang kuat namun tidak terlalu pahit, karena tingkat keasamannya yang rendah.
4. Kopi Bengkulu. Karakteristik Rasa: Kopi dari Bengkulu, terutama jenis Robusta, terkenal dengan body yang tebal dan rasa yang kuat serta earthy. Keasamannya rendah, dengan sedikit rasa cokelat dan aroma kacang.
Keunggulan: Banyak dicari oleh penggemar kopi robusta dan cocok untuk campuran espresso. Produksi kopi Bengkulu juga terus meningkat seiring peningkatan kualitas pengolahan.
5. Kopi Pagar Alam (Sumatra Selatan). Karakteristik Rasa: Kopi Pagar Alam, umumnya Robusta, memiliki rasa pahit yang khas dengan body tebal dan aroma yang sedikit smoky atau kayu.
Keunggulan: Kopi ini cocok untuk penggemar robusta yang menginginkan rasa kopi yang kuat tanpa banyak keasaman. Kopi Pagar Alam mulai dikenal di pasar lokal dan internasional.
6. Kopi Lampung. Karakteristik Rasa: Kopi dari Lampung memiliki karakter yang kuat, pahit, dan earthy. Biasanya berjenis robusta dengan body yang tebal dan aroma sedikit pedas.
Keunggulan: Lampung adalah salah satu penghasil kopi Robusta terbesar di Indonesia, dan kopi dari sini banyak diekspor untuk kebutuhan kopi instan dan campuran espresso.
7. Kopi Kerinci (Jambi). Karakteristik Rasa: Kopi Kerinci, umumnya jenis Arabika, memiliki keasaman yang seimbang, body sedang, dan cita rasa fruity dengan sedikit nuansa herbal atau rempah.
Keunggulan: Kopi ini berasal dari dataran tinggi di sekitar Gunung Kerinci dan mendapat perhatian di pasar specialty coffee karena rasanya yang kompleks dan segar. ( Dikutip dari Antaranews )
KATA KUNCI DALAM ILMU PERKOPIAN
– Acidity. Dalam istilah kopi, keasaman yang dimaksud bukan soal pengaruh asam itu terhadap lambung, melainkan rasa asam kopi. Acidity dalam kopi bisa dideskripsikan dengan istilah lain lagi seperti bright, clear, snappy, dry, clean, winey, dan lainnya. Kopi tanpa acidity akan terasa hambar dan membosankan, seperti halnya soda tanpa rasa menggigit yang khas.
– Aroma. Aroma ini berasal dari gas yang terlepas ketika kopi diseduh. Aroma kopi konon paling maksimal ketika kopi dipanggang dalam tingkat medium (middle roast). Jika biji kopi dipanggang lebih gelap, maka aromanya bakal cenderung gosong.
– Balance. Dalam kaitannya dengan dunia kopi, istilah balance dipakai untuk mendeskripsikan berbagai karakter kopi yang seimbang. Karakter itu tidak memiliki suatu komponen yang mengalahkan komponen lainnya. Jika secangkir kopi tidak memiliki karakter yang kuat dan dalam jumlah signifikan, maka berarti rasanya tidak akan balance dan besar kemungkinan rasanya membosankan.
– Body. Body merujuk pada beratnya kopi yang tercecap, yang terasa di bagian belakang langit-langit mulut. Tingkat pemanggangan dan jenis biji kopi mempengaruhi body kopi. Untuk digarisbawahi, body kopi berbeda dengan kekentalan kopi. Namun pada prinsipnya, jika kopi yang digunakan terlalu sedikit atau gilingan kopinya terlalu kasar maka body kopi nantinya bakal lebih ringan di mulut.
– Complexity Saat menjelaskan kopi, ahli kopi juga kerap memakai istilah complexity atau berarti kompleksitas. Ini terkait kehadiran karakter-karakter dalam secangkir kopi, termasuk keasaman, body, rasa manis, dan lainnya. Gabungan karakter-karakter tersebut membuat kopi menjadi kompleks. Kompleksitas juga bisa ditingkatkan dengan menggabungkan beberapa jenis kopi untuk diseduh.
– Spicy. Spicy yang berarti pedas pun juga jadi istilah untuk menggambarkan pengalaman menikmati kopi. Spicy sebenarnya istilah yang mirip dengan “aromatik” atau “penuh rasa”. Spicy bisa merujuk pada kopi yang dianggap alami, karakter keasaman kopi, atau kombinasi antara keduanya. Biji kopi yang terkenal spicy adalah yang berasal dari Ethiopia dan Guatemala. Untuk spicy dalam istilah aroma kopi biasanya menyerupai rempah seperti cengkeh dan merica.
– Earthy. Banyak orang masih bingung dengan istilah earthy dalam dunia kopi. Umumnya istilah ini berkaitan dengan metode pengolahan dimana buah kopi dibiarkan mengering sebelum biji kopi dikeluarkan. Untuk earthy berkaitan dengan tanah tempat tanaman kopi itu tumbuh. Misalnya kopi Indonesia yang sebagian besar diolah dengan teknik wet processed. Secara sederhana, earthy bisa diartikan sebagai aroma seperti tanah yang tercium pada kopi. (Dikutip dari Library Sweet Marias)