RADIOPENSIUNAN.COM
Dari Menjadi Fans Sampai Station Manager Akhirnya Jualan Lontong Tahu Blora
Oleh Eko Adji Soebijantoro
Di Rumah Selalu Terdengar Lagu
Tiap pagi sekitar pukul 05.30 WIB selalu terdengar suara lagu di rumahku dari tape deck yang terhubung ke speaker, Ayahku memutar lagu lagu penyanyi seperti Ebiet G Ade, Franky & Jane, IIs Sugianto, Dian Piesesha, Nike Ardila dll. Sejak SMP tahun 1980an, aku sudah terbiasa dengan kegiatan rutin ayahku tiap pagi selalu memutar kaset dari album penyanyi favoritnya yang lagi hit saat itu. Ayah pecinta segala genre musik jadi kaset dari album penyanyi atau grup pop,rock,jazz,dangdut yang hit era itu dibelinya.
Dari sinilah aku mulai mengenal beragam genre musik, dan saat itu cara paling mudah dan murah dengar lagu lagu hit adalah dari Radio. Sejak SMA mulailah radio menjadi teman di segala waktu dan suasana kegiatan hari-hariku. Dari sekian banyak radio di Semarang, paling sering didengar adalah Radio Suara Sakti yang awal berdiri menyatu dengan Gedung Koran Suara Merdeka di Jalan Pandanaran.
Kenapa aku cenderung memfavoritkan Radio Suara Sakti tahun 86-90an, karena radio tersebut dominan memutar lagu-lagu yang jarang diputar radio lain yaitu lagu jazz. Seperti kebanyakan fans radio yang mengidolakan penyiarnya. Saat itu penyiar idolaku adalah C-R-B-Y atau dikenal dengan Chris. Karena ngefans pernah beberapa kali saat CRBY siaran jam 5 pagi, aku nekat datang ke studio untuk melihat siarannya secara langsung. Aku membawakan bubur ayam agar diperbolehkan sesekali masuk ruang siaran.
Masa Jadi Fans Radio & Lolos Tes Penyiar
Karena suka mendengar Radio Suara Sakti, aku dari SMA klas 3 sampai awal kuliah seminggu sampai 3 kali main ke studionya. Akhirnya aku terpilih menjadi Wakil Ketua SSLC-Suara Sakti Listeners Club istilah kerennya kelompok pendengar setia. Dari SSLC inilah banyak belajar berorganisasi terutama cara membuat event acara. Acara tahun baru, valentine dll sering dibuat saat itu dengan SSLC menjadi event organizernya. Waktu itu di studio radio ada seperangkat alat band lengkap, akhirnya membuat grup band kemudian rutin latihan sekaligus mengatur manajemen bandnya. Jadi akhirnya aku terpeleset juga jadi manajer band, nama Mercusuar Band dari Radio Suara Sakti cukup terkenal ikut berbagai lomba dan mengisi banyak acara di sekolah serta kampus di kota Semarang.
Tahun 1988 adalah tonggak tidak terlupakan dalam perjalanan hidupku terkait dengan dunia radio sebenarnya. Mengetahui bahwa di Radio Suara Sakti selalu membuka lowongan penyiar sudah berpengalaman. Aku beranikan diri melamar penyiar di Radio lain yaitu IBC di daerah Tanah Mas Semarang. Walaupun saat melamar sudah menyertakan kaset berisi rekaman contoh siaran. Saat dipanggil tes penyiar, dites lagi di ruang rekaman studio radio membacakan beberapa materi script siaran serta wawancara terkait pengetahuan musik dan pengalaman organisasi.
Waktu itu diterima dan tidaknya akan diberitahu lewat surat ke rumah. Seminggu setelah tes penyiar, tibalah surat yang ditunggu, deg deg-an saat buka suratnya. Ternyata diterima dengan masa percobaan 3 bulan. Inilah momen tidak terlupakan karena keinginan menjadi penyiar radio akhirnya terwujud.
Karir Awal Di Radio
Di Radio IBC inilah aku banyak belajar dengan para penyiar senior, bagaimana cara siaran yang baik, proses produksi rekaman, menyusun lagu sesuai segmen, program dll. Manajemen Radio IBC memberi peluang untuk belajar dengan leluasa. Karena aku penyiar paling muda beberapa kali menggantikan siaran penyiar senior yang izin atau minta tukar jadwal siaran. Disinilah mendapat pengalaman cara siaran acara rock metal, acara khusus memutar lagu disco ala nge DJ, siaran jazz, bahkan sampai acara dangdut,keroncong dan wayang kulit termasuk acara anak-anak pernah aku bawakan. Tiga tahun awal di Radio IBC menjadi sarana belajar semua hal terkait Radio. Nama udara penyiar waktu itu AJISAKA mengudara di Kota Semarang.
Tahun 1991 menjadi salah satu tonggak perkembangan karir di Radio. Pemilik Radio IBC dimintai tolong membantu siaran radio baru di Pekalongan. Aku menjadi salah satu yang membantu ikut siaran juga di Pekalongan. Dari Jalan Karya Bakti 21 tempat Radio Bahurekso FM ( The First FM in Pekalongan ) bukan radio paling tua di Pekalongan tapi radio di jalur frekwensi FM pertama di Pekalongan saat itu. Pertama kali mengudara para penyiarnya adalah dari Radio IBC Semarang diantaranya Ajisaka,Shandi,Oddie dan Jon dari Radio Suara Sakti Semarang. Penyiar dari Semarang bergantian jadwal bolak-balik Semarang-Pekalongan hampir 1 tahun.
Setelah manajemen mendapatkan Station Manager yaitu Sigit Purna Dewa ( Almarhum ), nama Radio menjadi SP FM. Aku tetap dipercaya untuk siaran dan membantu bagian program dan produksi. Disinilah program dan sdm radio dikelola secara mandiri karena ingin membuktikan bahwa tanpa menjadi bagian network / jaringan radio ( waktu itu CPP Radio Net menjadi jaringan radio terbesar di Jateng ) tetap mampu mengelola sebuah radio menjadi baik dan terkenal di kotanya.
Hampir 3 tahun, aku menjadi penyiar antar kota. Setiap Kamis sampai Minggu siaran di Radio IBC Semarang dengan nama udara Ajisaka dan Senin sampai Rabu siaran di Radio SP Pekalongan dengan nama udara Benny Prayoga. Pengalaman tidak terlupakan pernah Minggu malam naik bis dari Semarang Pukul 21.00 macet di Alas Roban sampai Pekalongan Pukul 05.00 dan langsung siaran.
Di Radio SP FM Jalan Karya Bakti Medono, aku dipercaya menjadi Manajer Siaran pada Tahun 1994 terus akhirnya full menetap di Pekalongan. Seiring makin terkenalnya radio, untuk pengembangan usaha seiring perubahan nama menjadi BSP FM pindah studio yang lebih representatif di Jl.Singosari (waktu itu masih banyak sawah belum banyak rumah), jadi nomer alamat studio waktu pindah ditetapkan sendiri sama dengan nomer studio sebelumnya. Lokasi di Jl. Singosari 21 inilah impian punya cafe terwujud, lahirlah CAFE BSP yang nama menu makanannya semua pake nama acara/program radio BSP. Radio BSP menjadi trendsetter di Pekalongan, dengan mobil OB Van menggelar acara live dari sekolah. Ada acara sandiwara OPERA 21 dan program penyiar pelajar DJ MUDA melegenda. Café BSP menjadi tempat nongkrong anak muda dan para jurnalis di Pekalongan.
Tahun 2003 Radio BSP dipercaya untuk membenahi manajemen RSPD Radio Siaran Pemerintah Daerah Kota Pekalongan. Disinilah aku mempunyai tantangan baru mengelola 2 radio sekaligus dengan segmen berbeda Radio BSP menengah ke atas dan Radio RSPD menengah ke bawah. Merubah RSPD yang tadinya di frekwensi AM transformasi ke Radio RKB FM.
Mendirikan 8 Radio di Sumsel
Perjalanan hidup di Radio terus dijalani demi menambah pengalaman, aku pernah sebentar di SMART FM Grupnya Poliyama di Holdingnya Jakarta. Tahun 2007 dihubungi Suryono wartawan RCTI di Pekalongan, mengatakan temannya di Palembang mencari orang untuk membantu menangani Radio. Inilah aku pertama kali berkomunikasi dengan Mas Eddy Koko yang menjadi Station Manager Trijaya dan RDI Palembang.
Petualangan baru dimulai lagi saat aku di Palembang membantu menangani 3 Radio di Sumsel yaitu Trijaya Palembang, RDI Banyuasin dan RDI Sekayu Muba yang sudah lebih dulu on air. Bersama Mas Eddy Koko mulai membangun 8 radio baru lainnya di Sumsel yaitu di Kabupaten Prabumulih, Baturaja, Lahat dan Lubuklinggau. Tiap hari di jalan lintas Sumatera mencari lokasi radio baru, membangun studio, mendirikan tower hingga radio bisa mengudara termasuk menyiapkan sdm-nya. Dalam waktu tiga bulan mengudara 8 radio baru yaitu Trijaya & RDI Prabumulih, Baturaja, Lahat dan Lubuklinggau. Untuk efisiensi 1 lokasi dibuat 2 studio Trijaya & RDI dan 1 Tower untuk 2 antena Radio.
Ada kejadian menarik dalam proses pembangunan 8 radio diantaranya kejadian horor, karena 3 lokasi studio di Prabumulih,Baturaja dan Lubuklinggau adalah bekas rumah sudah lama tidak dipakai. Kejadian paling nyata aku mengalami sendiri saat di studio Lubuklinggau, 4 teknisi pembangunan tower diganggu makhluk halus saat tidur, beberapa peralatan tower bisa pindah tempat sendiri. Di studio Baturaja ruang belakang kadang terdengar suara wanita dan bayangan lewat. Di studio Prabumulih sesekali tercium bau menyengat bunga kamboja seperti di kuburan. Studio di Lahat paling nyaman karena gedung baru dan posisi di lantai 2.
Peristiwa tidak terlupakan lainnya saat bersama sopir dan team tower perjalanan dari Lahat ke Lubuklinggau, mobil tabrakan dengan motor. Untuk menghindari keributan dengan warga setempat, pengendara motor yang luka kami masukan mobil dan langsung tancap gas dalam kondisi radiator mobil tertabrak bocor menuju rumah sakit terdekat. Setelah dari rumah sakit langsung ke Polres terdekat melaporkan kejadian. Agar urusan tidak berkepanjangan , kami minta diselesaikan secara damai, uniknya kami harus meminta bantuan wartawan di Lubuklinggau untuk mediasi karena harus menggunakan bahasa lokal daerah yang tidak kami mengerti. Setelah biaya perawatan di rumah sakit dan perbaikan motor serta uang tali kasih kami serahkan ke Keluarga. Mediasi akhirnya selesai, sopir kami hanya menginap di Polres sehari saja.
Total mengelola 11 Radio Trijaya & RDI Network Sumsel. Tahun 2008 kondisi jalan antar kabupaten masih rusak parah, dari Palembang ke Lubuklinggau dengan mobil butuh waktu paling cepat 8 jam. Dengan kondisi ruas jalan yang rusak, kami pernah melakukan siaran live kampanye akbar calon gubernur Sumsel di 10 titik lokasi berbeda di beberapa wilayah kabupaten di Sumsel langsung live mengudara di 11 Radio secara bersama.
Pandemi Covid 19 Mengubah Jalan Hidup
Covid 19 memasuki Indonesia 2020 hingga Pandemi 2021 berdampak pada omset pendapatan radio yang turun drastis. Tahun 2022 akhirnya aku memutuskan meninggalkan Palembang dan kembali ke Semarang. Kondisi Pandemi Covid 19 yang mengharuskan banyak tinggal di rumah, aku manfaatkan untuk belajar hal baru yaitu jualan on line. Setelah merasa yakin bisa dan mempersiapkan segala sesuatunya. Mulai aku berjualan on line sanitizier, madu dan bandeng presto.
Awal tahun 2023 menjadi berbeda dalam menjalani hidup, 2 anak kebetulan sudah mandiri bekerja semua. Biar tetap ada aktifitas kebetulan aku termasuk suka memasak, memutuskan untuk membuka warung lontong tahu blora di Pasar Johar. Satu bulan sebelum membuka warung, aku membuat workshop persiapan secara menyeluruh. Mulai dari mencari lontong, kacang untuk bumbu dan tahu yang enak serta melakukan percobaan di dapur hingga mendapatkan rasa lontong tahu blora lezat layak dijual.
Semua proses memasak dan meracik bumbu aku melakukan sendiri saat melayani pelanggan di warung Pasar Johar. Aku langsung turun tangan sendiri menjual lontong tahu blora hingga dikenal dan mempunyai pelanggan. Dengan gembira mengulek bumbu kacang, menggoreng tahu hingga menyajikan ke pelanggan. Beberapa teman radio di Semarang dan Pekalongan pernah datang ke warungku, makan gratis setelah itu buat testimoni di share di sosmed. Teman bercanda berkata dari Station Manager Radio jadi penjual lontong tahu blora.
Kembali Ke Radio
Masih teringat awal Januari 2024 posisi masih di warung melayani pembeli ada telpon masuk dari Mas Eddy Koko intinya menawari bergabung di Radio Pensiunan. Setelah diskusi dengan isteri, aku putuskan bergabung dengan Radio Pensiunan. Pertimbangan yang menjadi latar belakang adalah dunia radio memang duniaku dan Radio Pensiunan ini radio streaming pasti akan ada hal baru dalam manajemen pengelolaannya.
Radio Pensiunan menjadi rumah baruku, radio streaming ini mendorong aku untuk belajar kembali bagaimana on air streaming 24 jam non stop dengan baik. Mencoba program software autodj dan live apa yang paling sesuai menunjang kelancaran siaran. Menarik ketika menemukan beberapa masalah di autodj MediaCP, misalnya file berulang terputar dan beberapa detik putus serta cara setting agar dapat berjalan lancar normal.
Radio Pensiunan boleh dibilang salah satu radio streaming dikelola secara professional, memasuki usia ke-2 tahun pendengar aktifnya 300 ribuan berdasarkan google analytic. Radio Streaming akan menjadi trend ke depannya.
Tulisan ini dibuat dalam rangka Hari Radio Sedunia atau World Radio Day diperingati hari ini tanggal 13 Februari 2025, semoga menjadi spirit insan radio di Indonesia untuk tetap berinovasi agar radio tetap eksis.