RADIOPENSIUNAN.COM Bagi pasien penyakit jantung pasti memiliki kekhawatiran apakah bisa dengan aman berpuasa karena terkait dengan rutinitas obat yang diminum, makanan apa yang baik dikonsumsi saat berpuasa, dan tentunya rutinitas olahraganya. Faktanya, pasien penyakit jantung bisa dengan aman dan nyaman jika mengikuti tips berikut ini. Manfaat puasa untuk kesehatan jantung Puasa memiliki banyak manfaat dan dapat menurunkan faktor risiko penyakit jantung. Hal tersebut karena orang yang berpuasa secara rutin akan dapat mengendalikan diri terhadap apa yang ingin dimakan dan diminumnya. Berikut adalah manfaat dari puasa : Kadar kolesterol menurun Penyakit jantung koroner disebabkan oleh aterosklerosis, yaitu adanya penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner akibat lemak yang menyusup dalam lapisan pembuluh darah. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa terdapat perubahan dari profil lemak dan perbandingan lemak baik dan lemak jahat selama puasa di bulan Ramadan,dimana kadar kolesterol total menurun dari 193.4±51 mg/dl menjadi 184.3±42 mg/dl setelah Ramadan, begitu pula dengan kadar trigliserida menurun dari 4.5±1 mg/dl menjadi 3,9±1 mg/dl dan juga penurunan LDL. Sebaliknya didapatkan peningkatan lemak baik yaitu HDL setelah puasa Ramadan sebesar 30-40% pada penderita penyakit jantung. Menurunkan tekanan darah Pada kondisi tekanan darah tinggi, jantung harus bekerja lebih keras dalam memompa darah dibanding dengan orang normal. Hal ini bisa menyebabkan jantung kelelahan, dapat terjadi pembesaran dan penebalan otot jantung, yang akhirnya terjadi gagal jantung. Dalam suatu penelitian selama bulan Ramadan, terdapat penurunan tekanan darah sistolik dari 132.9±16 mmHg menjadi 129.9±17 mmHg. Menurunkan kadar homosistein darah Homosistein adalah salah satu asam amino alami dimana bila kadarnya tinggi dalam darah bisa meningkatkan risiko aterosklerosis, sehingga bisa terkena penyakit jantung dan pembuluh darah. Walaupun tidak signifikan, namun terdapat penurunan kadar homosistein darah saat seseorang berpuasa. Menghindari Tubuh Mengalami Resistensi Insulin Manfaat puasa lainnya adalah membuat tubuh lebih bijak dalam menggunakan gula, sehingga ini bisa menghindari tubuh mengalami resistensi insulin yang berujung jadi diabetes melitus. Jika kondisi metabolisme gula terkontrol dengan baik, maka tubuh akan jauh dari risiko terjadinya penyakit jantung. Selain itu, sebuah penelitian menunjukkan bahwa perubahan pola makan menjadi dua kali sehari selama bulan Ramadan dapat memperbaiki kondisi resistensi insulin pada penderita diabetes. Mengontrol berat badan Obesitas merupakan salah satu faktor terjadinya sindroma metabolik, yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah serta diabetes melitus. Berpuasa dapat menahan makan sehingga berat badan bisa terkontrol dengan baik, dengan demikian kemungkinan terjadinya penyakit jantung pun semakin kecil. Kapan penderita penyakit jantung boleh berpuasa? Suatu penelitian di Qatar yang dilakukan selama 10 tahun, sebanyak 2.160 pasien yang mengalami gagal jantung diperhatikan kondisi fisiknya selama berpuasa. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa berpuasa tidak memiliki dampak buruk bagi fungsi jantung maupun kesehatan organ lainnya. Rami dkk melakukan penelitian observasional prospektif mengenai efek puasa Ramadan pada pasien dengan gagal jantung kronis dengan fraksi ejeksi kurang dari 40 persen. Fraksi ejeksi adalah pengukuran darah yang dipompa keluar dari ventrikel, normalnya lebih dari 50 persen. Terdapat 249 penderita dengan gejala gagal jantung yang melakukan rawat jalan di tiga klinik. Dari 249 penderita, 227 pasien menjalani ibadah puasa selama Ramadhan. Peneliti mengamati kepatuhan peserta dalam membatasi cairan dan garam serta mengonsumsi obat sejak sebelum, selama, dan sesudah Ramadhan. Hasilnya, 209 pasien (92%) tidak mengalami perubahan atau gejala gagal jantung membaik, sementara 18 pasien(8%) kondisinya memburuk, disebabkan oleh ketidakdisiplinan mengikuti aturan pembatasan cairan dan garam, juga kurang patuh mengonsumsi obat-obatan. Walaupun puasa tidak menimbulkan efek samping yang buruk pada penderita penyakit jantung, ada beberapa hal yang sebaiknya penderita tersebut tidak berpuasa, diantaranya adalah sering mengalami nyeri dada berulang dalam waktu dekat, sering mengalami kelelahan, sesak napas, atau perlu minum obat diuretik lebih dari 3 kali sehari, baru mengalami serangan jantung atau operasi jantung, atau mengalami gangguan irama jantung yang menyebabkan penderita tersebut harus mengonsumsi rutin obat anti aritmia. Namun demikian, bagi penderita gangguan jantung yang ingin menjalani ibadah puasa disarankan untuk berkonsultasi dulu dengan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Penderita dengan tekanan darah tinggi dapat ikut berpuasa, selama tidak memiliki komplikasi serius, tentu saja tetap minum rutin obat-obatan. Pengaturan obat-obatan jantung selama berpuasa Obat-obatan jantung harus tetap dikonsumsi secara rutin selama bulan puasa untuk menurunkan risiko terjadinya komplikasi akibat penyakit jantung. Ada beberapa obat-obatan yang perlu penyesuaian, tentunya harus konsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Obat pengencer darah Antiplatelet atau pengencer darah seperti acetyl salicylic acid (ASA) bisa diberikan setelah makan sahur atau buka puasa. Namun untuk penderita dengan penyakit maag sebaiknya diberikan setelah berbuka puasa, dan dipilih tablet yang bersalut enterik (enteric coated) yang dapat melewati lambung. Bila perlu diberikan obat maag. Obat anti kolesterol Statin harus tetap dikonsumsi terutama pada penderita penyakit jantung koroner.Tidak hanya berfungsi untuk menurunkan kolesterol jahat, tapi juga untuk stabilisasi plak sehingga terhindar dari penyumbatan pembuluh darah dan serangan jantung. Statin sebaiknya diberikan pada malam hari karena enzim yang membuat kolesterol lebih aktif pada malam hari. Diuretik Saat berpuasa, obat diuretik seperti furosemid bisa jadi dikurangi dosisnya selama berpuasa, tentu saja harus konsultasi dengan dokter jantung dan pembuluh darah yang mengetahui riwayatnya terlebih dahulu. Furosemide sebaiknya diminum saat berbuka puasa untuk menghindari dehidrasi dan lemas bila diminum saat pagi hari. Pembatasan cairan pada penderita gagal jantung juga penting sesuai dengan rekomendasi dokter. Obat anti hipertensi European Heart Journal (2018) menyebutkan minum obat tekanan darah tinggi dimalam hari lebih baik daripada pagi hari. Ahli dari Spanyol tersebut meneliti 19.000 penderita hipertensi yang rutin minum obat anti tekanan darah tinggi dari tahun 2008 sampai 2018. Hasilnya, pasien yang minum obat sebelum tidur, risiko serangan jantung turun 44%, peluang gagal jantung turun 42%, risiko stroke turun 49%, dan risiko kematian karena penyakit kardiovaskular turun 45%.Dengan catatan ritme tidur yang teratur, seperti bangun tidur di pagi hari dan tidur malam tidak terganggu. Namun kembali lagi, pemberian obat antihipertensi kadang pula individual, bisa juga diminum pagi hari dan dipilih mono drug atau sekali sehari pada waktu yang sama. Untuk pemberian bisoprolol penyerapan lebih baik pada pagi hari, jadi diberikan saat sahur. Penyesuaian obat selama berpuasa sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter. Makanan yang sebaiknya dikonsumsi saat berbuka dan sahur Saat sahur dan berbuka, sebaiknya mengonsumsi sayuran dan buah-buahan,karena mengandung kalium yang dapat mengurangi efek natrium atau garam pada tekanan darah. Beberapa jenis makanan yang