Kerinduan pada Masa Lalu: Kekuatan Nostalgia di Era Digital

(Oleh: Hery Mulyono)

Maharani Kahar, pensiunan PLN, penyanyi tahun 80an yang dikenal lewat lagu Desember Kelabu berbaur dengan para pensiunan berbagai instansi untuk bernostalgia.(dok.pribadi)

RADIOPENSIUNAN.COM – Ketika Lagu Lama Menggema di Era Streaming
Pekan lalu, sebuah video sederhana berhasil menarik perhatian ribuan netizen Indonesia. Video tersebut menampilkan seorang penyiar radio pensiunan, Afif Yufril, yang menyanyikan lagu “Love” dari grup legendaris The Mercys. Dalam hitungan hari, video tersebut telah ditonton puluhan ribu kali, dan dalam dua pekan jumlah penontonnya mencapai hampir 100 ribu.

Fenomena ini bukan sekadar kebetulan. Video tersebut menjadi bukti nyata betapa kuatnya daya tarik nostalgia di tengah derasnya arus modernisasi. Lagu-lagu dari era 70-80an yang mungkin sudah terlupakan kini kembali menemukan audiensnya melalui platform digital.

Jejak Sejarah Pop Melayu yang Terlupakan
Tak lama setelah video Afif Yufril viral, muncul pula kiriman lagu berjudul “Mengapa” yang dibawakan oleh grup Koes Plus. Lagu ini merupakan bagian dari album “Pop Melayu Vol. 1” yang dirilis pada tahun 1978. Album bersejarah ini menjadi tonggak penting dalam perkembangan musik pop Melayu Indonesia.

Dalam album tersebut, lagu utama yang paling terkenal adalah “Cubit Cubitan” yang langsung menjadi hits di masanya. Selain itu, ada pula “Panah Asmara” yang juga mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Menariknya, lagu “Mengapa” yang kini kembali viral justru ditempatkan di side B album bersama “Ratapan Tukang Beca”, yang pada masa itu kurang mendapat perhatian.

album nostalgia

Ketiga lagu dari album Pop Melayu Vol. 1 ini—”Cubit Cubitan”, “Panah Asmara”, dan “Mengapa”—kini menjadi saksi bisu kejayaan musik pop Melayu yang sempat mendominasi industri musik Indonesia. Mereka bertahan hingga kini, terus diputar dan dinyanyikan oleh generasi yang mungkin bahkan belum lahir ketika lagu-lagu tersebut pertama kali dirilis.

Radio Pensiunan: Rumah Bagi Memori Kolektif
Di tengah dominasi platform musik digital modern, muncul sebuah inisiatif unik bernama Radio Pensiunan. Radio ini beroperasi 24 jam non-stop, khusus memutar lagu-lagu nostalgia dengan dipandu oleh penyiar-penyiar veteran yang telah pensiun dari dunia penyiaran.

Konsep Radio Pensiunan bukanlah sekadar stasiun radio biasa. Ini adalah ruang khusus bagi para pensiunan untuk tetap berkarya dan berbagi pengalaman. Para penyiarnya terdiri dari 11 orang yang memiliki latar belakang beragam di dunia penyiaran dan media. Di antaranya adalah Nuning, mantan penyiar Suara Irama Indah yang merupakan radio FM pertama di Indonesia milik Mas Yos, dan Rita Sri Hastuti, mantan wartawan majalah Zaman yang seangkatan dengan Pak Ipik, yang terakhir bersiaran di Radio Delta FM.

Kehadiran para penyiar veteran ini memberikan dimensi berbeda dalam penyajian lagu-lagu nostalgia. Mereka tidak hanya memutar lagu, tetapi juga berbagi cerita dan kenangan di balik setiap lagu yang diputar. Hal ini menciptakan kedekatan emosional yang sulit ditemukan di platform musik modern yang lebih fokus pada algoritma dan rekomendasi otomatis.

Perjalanan Mengelola Nostalgia
Selama 2,5 tahun mengelola Radio Pensiunan, berbagai aspek nostalgia menjadi fokus perhatian. Mulai dari cerita-cerita nostalgia, lagu-lagu klasik, hingga perilaku dan kebiasaan para pensiunan. Pengalaman ini memberikan perspektif mendalam tentang betapa kompleksnya fenomena nostalgia dalam kehidupan manusia.

Pengelolaan Radio Pensiunan bukan hanya sekadar memutar lagu lama. Ini adalah upaya untuk melestarikan memori kolektif bangsa, memberikan ruang bagi generasi tua untuk tetap bersuara, dan menjembatani kesenjangan generasi melalui musik. Setiap lagu yang diputar memiliki cerita, setiap cerita memiliki makna, dan setiap makna berkontribusi pada pemahaman kita tentang perjalanan budaya Indonesia.

Mengapa Manusia Merindukan Masa Lalu?
Fenomena nostalgia yang begitu kuat tentu memiliki alasan psikologis yang mendalam. Para ahli psikologi menjelaskan bahwa nostalgia bukan sekadar kerinduan semata, tetapi merupakan mekanisme psikologis yang kompleks untuk mengatasi berbagai tantangan kehidupan modern.

Salah satu alasan utama mengapa orang merindukan masa lalu adalah karena masa lalu sering kali menyimpan rasa keakraban yang dapat menenangkan di dunia yang semakin kompleks dan tidak pasti. Dalam era digital yang serba cepat ini, nostalgia menjadi pelarian yang sehat untuk menemukan kedamaian dan stabilitas emosional.

Pensiunan Pertamina, Suhardi (81) menyanyikan lagu kenangan (nostalgia) dalam acara Hari Lansia Nasional (dok.pribadi)

Ketika menghadapi situasi sulit atau stres, manusia secara alamiah cenderung berpaling ke masa lalu untuk mencari kenyamanan. Merenungkan kenangan positif dapat membangkitkan optimisme dan semangat untuk menghadapi tantangan masa depan. Ini adalah strategi psikologis yang efektif untuk menjaga kesehatan mental.

Realitas Pahit Masa Pensiun di Indonesia
Di Indonesia, masa pensiun seringkali menjadi periode yang berat secara psikologis. Begitu seseorang dinyatakan pensiun, baik sebagai PNS maupun karyawan swasta, mereka seolah kehilangan identitas sosial mereka. Perusahaan tempat mereka bekerja puluhan tahun, teman-teman kantor yang pernah akrab, semuanya seolah lupa dan tidak peduli lagi.

Fenomena ini menciptakan krisis identitas yang mendalam. Seseorang yang dulunya memiliki posisi penting, dihormati, dan memiliki rutinitas yang jelas, tiba-tiba harus menghadapi kenyataan bahwa mereka “bukan siapa-siapa lagi.” Hanya mereka yang memiliki kecukupan finansial yang bisa melewati masa transisi ini dengan relatif mudah.

Kondisi ini membuat banyak pensiunan mengalami depresi, kesepian, dan kehilangan makna hidup. Mereka yang tidak mempersiapkan diri dengan baik untuk masa pensiun seringkali terjebak dalam rutinitas kosong yang tidak memberikan kepuasan atau tujuan hidup.

Nostalgia sebagai Terapi Penyembuhan
Dalam konteks inilah nostalgia menjadi sangat penting sebagai terapi penyembuhan. Bagi para pensiunan, bernostalgia bukanlah sekadar kegiatan mengisi waktu luang, tetapi merupakan cara untuk memaknai kembali perjalanan hidup mereka.

Mendengarkan lagu-lagu lama dapat membangkitkan memori indah dari masa muda, masa ketika mereka masih penuh energi dan optimisme. Melakukan perjalanan napak tilas ke tempat-tempat yang pernah bermakna dalam hidup mereka dapat memberikan perspektif baru tentang pencapaian dan pengalaman yang telah mereka lalui.

Proses bernostalgia ini membantu para pensiunan untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada identitas profesional mereka. Mereka dapat menemukan kembali identitas personal yang mungkin telah terkubur selama bertahun-tahun fokus pada karir dan pekerjaan.

Manfaat Psikologis Nostalgia
Penelitian psikologi modern menunjukkan bahwa nostalgia memiliki berbagai manfaat positif bagi kesehatan mental. Pertama, nostalgia dapat membangkitkan berbagai emosi positif, termasuk kebahagiaan, optimisme, dan inspirasi. Emosi-emosi positif ini berkontribusi pada pandangan hidup yang lebih cerah dan konstruktif.

Kedua, nostalgia membantu dalam proses introspeksi dan refleksi diri. Ketika seseorang merenungkan perjalanan panjang hidupnya, mereka dapat mengidentifikasi pola-pola positif, pembelajaran berharga, dan pencapaian yang mungkin terlupakan dalam rutinitas sehari-hari.

Ketiga, nostalgia dapat menjadi sumber inspirasi untuk langkah-langkah selanjutnya. Dengan memahami kekuatan dan potensi yang pernah mereka miliki di masa lalu, seseorang dapat menemukan motivasi untuk menciptakan hal-hal baru yang bermakna.

Inspirasi dari Nostalgia: Kisah Sukses Radio Pensiunan
Konsep Radio Pensiunan sendiri lahir dari inspirasi nostalgia. Melihat potensi besar yang dimiliki para pensiunan dan kebutuhan masyarakat akan konten nostalgia, terciptalah sebuah platform yang mempertemukan kedua kebutuhan tersebut.

Rita Sri Hastuti mantan wartawan dan penyiar senior siaran di Radio Pensiunan dalam acara Sapa Pensiunan Minggu pagi, mewawancarai Ibu Melia dari Sahabat Senior, perkumpulan para lansia, seraya memutarkan lagu-lagu nostalgia lewat piringan hitam di meja siar ditemani operator Angga.(dok.pribadi)

Hingga 11 Juli 2025, Radio Pensiunan telah mencatat 304.613 pendengar berdasarkan data Google Analytics. Angka ini belum termasuk pendengar yang mengakses melalui agregator radio seperti Green Radio dan platform lainnya yang mengambil link streaming. Dengan perhitungan tersebut, total pendengar Radio Pensiunan kemungkinan besar telah mencapai satu juta orang.

Kesuksesan ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan besar di masyarakat untuk konten nostalgia yang berkualitas. Masyarakat tidak hanya menginginkan lagu-lagu lama, tetapi juga cerita dan konteks di balik lagu-lagu tersebut yang disampaikan oleh orang-orang yang benar-benar memahami dan mengalami era tersebut.

Nostalgia dalam Era Digital
Fenomena Radio Pensiunan juga menunjukkan bagaimana nostalgia dapat beradaptasi dengan teknologi modern. Platform digital yang awalnya didominasi oleh konten-konten kontemporer ternyata juga memiliki ruang yang besar untuk konten nostalgia.

Hal ini membuktikan bahwa teknologi bukanlah musuh nostalgia, tetapi dapat menjadi sarana untuk melestarikan dan menyebarkan nilai-nilai lama kepada generasi baru. Melalui internet, lagu-lagu dan cerita-cerita dari era sebelumnya dapat diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.

Membangun Komunitas Melalui Nostalgia
Radio Pensiunan tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan, tetapi juga sebagai pengikat komunitas. Para pendengar yang memiliki latar belakang dan pengalaman serupa dapat saling terhubung melalui platform ini. Mereka berbagi cerita, kenangan, dan pengalaman melalui berbagai saluran komunikasi yang disediakan.

Komunitas ini menjadi sangat penting bagi para pensiunan yang seringkali mengalami isolasi sosial. Melalui Radio Pensiunan, mereka dapat menemukan teman-teman baru yang memiliki kesamaan minat dan pengalaman. Hal ini berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup dan kesehatan mental para pensiunan.

Tantangan dan Masa Depan Nostalgia
Meskipun nostalgia memiliki banyak manfaat, ada juga tantangan yang perlu dihadapi. Salah satunya adalah bagaimana menyeimbangkan antara menghargai masa lalu dengan tetap terbuka terhadap perubahan dan inovasi. Nostalgia yang berlebihan dapat mengarah pada resistensi terhadap hal-hal baru dan kemajuan.

Tantangan lainnya adalah bagaimana menjaga relevansi konten nostalgia bagi generasi muda. Perlu ada upaya untuk menjembatani kesenjangan generasi agar nilai-nilai lama dapat terus diwariskan tanpa kehilangan daya tariknya.

Para pensiunan bersuka ria bersama di area pemancingan, Purwakarta Jawa Barat milik salah satu pendengar Radio Pensiunan. Ada pensiunan bankir, dokter, jenderal, pengusaha, dosen, dan sebagainya bernostalgia masing-masing dengan hobinya.(dok.pribadi)

Kekuatan Nostalgia sebagai Warisan Budaya
Nostalgia bukan hanya sekadar kerinduan personal, tetapi juga merupakan bagian dari warisan budaya bangsa. Lagu-lagu, cerita, dan pengalaman dari masa lalu adalah dokumentasi perjalanan sebuah bangsa yang perlu dilestarikan dan diteruskan kepada generasi mendatang.

Melalui inisiatif seperti Radio Pensiunan, kita dapat memastikan bahwa warisan budaya ini tidak hilang ditelan zaman. Generasi muda dapat belajar dari pengalaman generasi sebelumnya, sementara generasi tua dapat merasa bahwa kontribusi mereka masih dihargai dan dibutuhkan.

Nostalgia sebagai Jembatan Generasi
Fenomena nostalgia yang tercermin dalam kesuksesan Radio Pensiunan menunjukkan bahwa kerinduan pada masa lalu bukanlah sekadar pelarian dari realitas, tetapi merupakan cara untuk memaknai perjalanan hidup dan membangun koneksi antargenerasi.

Bagi para pensiunan, nostalgia memberikan ruang untuk tetap berkarya dan berbagi pengalaman. Bagi masyarakat umum, nostalgia menyediakan hiburan sekaligus pembelajaran dari masa lalu. Bagi generasi muda, nostalgia menjadi jendela untuk memahami sejarah dan budaya bangsanya.

Kekuatan nostalgia telah terbukti mampu menciptakan komunitas, membangun bisnis, dan melestarikan warisan budaya. Dengan pengelolaan yang tepat, nostalgia dapat menjadi kekuatan positif yang membantu masyarakat menghadapi tantangan modern sambil tetap menghargai nilai-nilai lama yang berharga.

Dalam era digital yang serba cepat ini, nostalgia mengingatkan kita bahwa tidak semua yang lama perlu dilupakan. Ada nilai-nilai, pengalaman, dan kearifan dari masa lalu yang tetap relevan dan berharga untuk masa depan. Radio Pensiunan telah membuktikan bahwa nostalgia bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga tentang membangun masa depan yang lebih bermakna.

Mari kita terus menghargai dan melestarikan warisan budaya kita melalui nostalgia yang positif dan konstruktif. Sebab di balik setiap lagu lama, ada cerita yang menunggu untuk dibagikan, dan di balik setiap cerita, ada pelajaran yang berharga untuk kehidupan.***

Sumber : https://jayakartanews.com/

RADIO EKSPOSE - RE SAPA PENSIUNAN
Scroll to Top