Pabriknya Kebahagiaan : Kisah Radio Pensiunan, Hadir Patahkan Stigma yang Hantui Para Lansia

Dalam waktu hanya dua tahun, Radio Pensiunan telah menarik lebih dari 302.000 pendengar dari seluruh Indonesia.

Saat Eddy Koko dan istrinya bertemu dengan beberapa mantan rekan kerja mereka pada Januari 2023, pembicaraan yang terjadi adalah seputar keresahan jelang memasuki masa pensiun.

Eddy, yang sudah pensiun sejak 2014 di usia 54, mengaku heran.

“Di rumah setelah pertemuan itu, saya tanya ke istri: ‘Kenapa orang-orang takut pensiun? Saya sudah pensiun (bertahun-tahun) dan baik-baik saja,” kata mantan pemimpin redaksi di salah satu stasiun radio ini.

Keesokan harinya, dia memutuskan mengeluarkan alat-alat siaran lamanya dan kembali berada di balik mikrofon.

Eddy kemudian membagikan tautan siaran online itu kepada lima orang kawannya.

Kabar pun cepat menyebar dan jumlah pendengarnya kian bertambah dalam waktu beberapa hari saja.

“Saat itulah saya berpikir, kami harus mendirikan badan hukum, punya studio betulan,” kata Eddy, yang istrinya, Asih Teguh, 57, juga merupakan mantan jurnalis radio.

Eddy kemudian mendirikan Radio Pensiunan, stasiun radio internet pertama yang didirikan oleh para pensiunan, untuk pensiunan. Dalam waktu hanya dua tahun, radio bentukannya itu telah menarik lebih dari 302.000 pendengar.

Radio Pensiunan memiliki studio di Tangerang Selatan, tapi penyiarnya siaran langsung dari kota-kota di seluruh Indonesia. (Foto: CNA/Ridhwan Siregar)

“PABRIKNYA KEBAHAGIAAN”

Sesuai jargonnya “pabriknya kebahagiaan”, Radio Pensiunan ingin memberikan hiburan sekaligus informasi untuk mendorong para pendengarnya, terutama para lansia, agar berpikir positif serta dapat memberi kontribusi berarti kepada masyarakat.

Berdasarkan statistik resmi, pada 2023 jumlah warga lansia yang berusia di atas 60 tahun hampir mencapai 12 persen dari 281 juta populasi Indonesia.

Seiring bertambahnya angka harapan hidup menjadi rata-rata 72,39 tahun di 2024, jumlah lansia di Indonesia diperkirakan akan menjadi satu dari setiap lima orang.

Setiap tahunnya pada 29 Mei, Indonesia memang memperingati Hari Lanjut Usia Nasional, dan pemerintah menyadari perlunya persiapan menghadapi populasi yang menua. Namun di Indonesia sendiri tidak banyak program yang dirancang khusus untuk lansia.

Eddy mengatakan, tetap aktif serta memiliki pola pikir positif adalah kunci dari menjalani masa tua yang sehat, dan Radio Pensiunan berharap bisa turut berperan dalam hal ini.

Stasiun radio ini mengudara 24 jam sehari dan memainkan lagu-lagu dari tahun 1970-an sampai 2000.

Sekitar 70 persen dari programnya adalah hiburan, 30 persen sisanya berita.

Mereka tidak membicarakan urusan politik karena hanya akan memicu perdebatan panas, kata Eddy yang sudah merogoh kocek pribadinya untuk membuat studio siaran di Tangerang Selatan.

Eddy Koko pada tahun 2003, saat ia bekerja untuk Trijaya FM. (Foto: Eddy Koko)

Untuk membiayai sewa studio dan listrik setiap bulannya, stasiun radio itu membutuhkan biaya sekitar Rp4 juta.

Radio Pensiunan diawaki oleh sekitar 20 orang sukarelawan usia 40-an dan 60-an. Meski semua anggota tim adalah pensiunan, tapi itu bukanlah persyaratan mutlak untuk bisa bergabung.

Asih adalah orang yang menjalani operasional radio, sementara direktur musik adalah Angga Kurniawan, mantan kolega Asih dan Eddy.

Para penyiar Radio Pensiunan tersebar di seluruh Indonesia dan beroperasi dari 13 tempat seperti Bandung, Surabaya dan Manado.

Meski kebanyakan dari mereka adalah para penyiar radio terlatih, namun ada juga yang tidak pernah punya pengalaman siaran sebelumnya, seperti Rosy Soenarko, penyiar di Bekasi.

Rosy, seorang penggemar jazz berusia 66 tahun, adalah pensiunan pegawai PLN dan pendengar setia Radio Pensiunan sebelum akhirnya bergabung menjadi penyiar di program jazz pada November 2023.

Pendiri Radio Pensiunan, Eddy Koko (kiri) dan pembawa acara Rosy Soenarko (kanan). (Foto: CNA/Ridhwan Siregar)

PENDENGARNYA DARI SELURUH DUNIA

Seperti penyiarnya, para pendengar Radio Pensiunan juga tersebar di seluruh Indonesia.

Beberapa pendengar bahkan berasal dari Papua, lokasi di mana sinyal internet tidak merata di semua daerahnya. Di Papua, kata penyiar Aldian Noorman asal Bandung, ada pendengar yang rela menempuh perjalanan 7km dari rumahnya ke daerah perbukitan demi dapat sinyal untuk mendengar Radio Pensiunan.

Meski kebanyakan pendengarnya adalah pensiunan di Jabodetabek dan Jawa Tengah, namun Radio Pensiunan juga memiliki pendengar muda di usia 30-an. Para pendengarnya juga berasal dari luar negeri, seperti Singapura, Kirgizstan dan Amerika Serikat yang menemukan radio itu dari pencarian di internet.

Penyiar asal Manado Doudy Joun Tatipan menceritakan bahkan ada pendengar yang menelepon dari Suriname di Amerika Selatan. 

Karena pendengar itu hanya bisa bahasa Jawa, Doudy terpaksa meminta bantuan Eddy untuk berbicara dengannya.

Radio Pensiunan juga berusaha untuk tetap terkoneksi dengan pendengarnya, salah satunya dengan menyapa nama-nama para pendengar mereka pada siaran pagi.

Menurut Eddy, cara ini penting karena beberapa lansia bisa jadi merasa kesepian.

“Dengan menyapa kawan-kawan pensiunan kita, harapannya mereka merasa ada seseorang yang menemani, seseorang yang peduli dan memperhatikan mereka,” kata Douddy.

Para pendengar juga membentuk komunitas sendiri dengan membuat grup WhatsApp “Sahabat Radio Pensiunan” dan menggelar kopi darat.

Sahabat Radio Pensiunan terdaftar resmi sebagai organisasi kemasyarakatan awal tahun ini dan memiliki lebih dari 3.000 anggota.
 

Para pendengar Radio Persiunan menari di acara kopi darat pada November 2023. (Tangkapan layar video: Atas izin Eddy Koko)

Acara kopi darat telah membantu para anggota dalam mengatasi kesepian dan perasaan tidak berguna, kata Ray Wijaya, yang bertanggung jawab pada bisnis di Radio Pensiunan dan juga seorang penyiar.

“Kami ingin memberikan lebih banyak kepada lansia, terutama mereka yang sudah pensiun, karena adanya stigma yang harus mereka hadapi di Indonesia,” kata dia.

“Seperti, kalau sudah pensiun, maka semuanya berakhir.”

Melalui komunitas Sahabat Radio Pensiunan, tim juga bisa menjalin jaringan dengan orang-orang yang ingin mensponsori acara atau beriklan di situs mereka.

Radio Pensiunan berharap mereka dapat terus menggali keahlian dan pengetahuan para senior yang pernah bekerja di sektor swasta untuk berbagi pengalaman kepada generasi muda.

Eddy mengatakan, mereka juga berharap bisa berkolaborasi dengan pemerintah dalam mengadakan acara-acara untuk para lansia.

Sejauh ini, keberadaan Radio Pensiunan telah mencerahkan hari-hari para pendengarnya.

“Radio Pensiunan membuat saya bahagia,” kata Gini Adityawati, 62, mantan pegawai kedutaan besar asing di Jakarta. “Mereka memainkan lagu-lagu masa kecil dan remaja saya. Program-programnya juga bagus-bagus.”

Sumber : Kiki Siregar ( Channel News Asia )

RADIO EKSPOSE - RE SAPA PENSIUNAN
Scroll to Top