Loading ...
’ Wayang, Apa , Siapa , Mau Kemana ?RADIO PENSIUNAN
Rabu, Juni 18, 2025
  • Beranda
  • Tentang Kami
  • #DariSahabat
  • Program
  • Kerjasama
RADIO PENSIUNAN
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Profil
    • Pengelola
    • Kontak
  • Program
  • #DariSahabat
  • Warta Pensiunan
  • Kerjasama
RADIO PENSIUNAN
Home Artikel Warta Pensiunan

Wayang, Apa , Siapa , Mau Kemana ?

Admin Admin
14 November 2024
in Warta Pensiunan
0
Wayang, Apa , Siapa , Mau Kemana ?
0
SHARES
40
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

RADIOPENSIUNAN.COM

Acara : Pensiunan Punya Cerita

Related posts

10 Cara Mencegah Gagal Ginjal

10 Cara Mencegah Gagal Ginjal

17 Juni 2025
8 Cara Mencegah Kanker Sejak Dini

8 Cara Mencegah Kanker Sejak Dini

17 Juni 2025

Edisi : 12 November 2024

Host : Puspa
Narasumber : Mas Agus Awo

WAYANG : Apa, Siapa, Darimana, Mau kemana?

Mangayubagya diakuinya wayang sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh badan dunia yang mengurus pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan: UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) pada tanggal 7 November 2003 yang kemudian dipakai patokan sebagai Hari Wayang Nasional, memperbincangkan wayang sebagai topik tentulah relevan. Memperbincangkan suatu tema ibarat mengelaborasi pengetahuan yang kita miliki agar tetap terjaga, syukur-syukur bisa membangun pemahaman yang lebih dalam, lebih lengkap, dan lebih menarik.

Wayang bukan hanya hiburan atau karya seni tradisional, tapi juga merupakan sarana pendidikan.
Dengan menyampaikan cerita-cerita bermakna tentang kebaikan, kejujuran, dan ketabahan, wayang mendidik generasi muda melalui cara yang berbeda.

Walaupun sudah sering mendengar, mungkin ada yang secara utuh memahami apa yang disebut wayang? Siapa yang menciptakan, siapa saja tokoh yang ada dalam ceritanya? Darimana asalnya? Trus, mau (dibawa) Kemana wayang yang sudah diakui dunia ?

Jika mengacu pada definisi wayang yang dibuat Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wayang adalah boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dan sebagainya), biasanya dimainkan oleh seorang yang disebut dalang. Wayang menurut KBBI juga dimaknai sebagai bayang-bayang. Definisi resmi, yang mungkin kurang bisa dipahami oleh sebagian orang. Atau bahkan ada yang merasa definisi tersebut belum mampu menjelaskan apa yang dimaksud wayang. Seperti ada nuansa yang belum tersampaikan secara tekstual.
Untuk itu, kita comot pendapat orang atau ahli yang relevan.

Sri Mulyono, pakar sekaligus pratisi yang banyak bergulat dengan wayang, mendefiniskan wayang sebagai “Ssebuah kata Bahasa Indonesia (Jawa) asli yang berarti bayang-bayang yang berasal dari akar kata “yang“ dengan mendapat awalan “ wa “ menjadi kata “ wayang “. Mulyono dalam “Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang” (1983) kemudian menguraikan, kata “wayang“ atau ”hamayang ” pada waktu dulu berarti mempertunjukkan “bayangan “, yang dalam prosesnya lambat laun menjadi pertunjukan bayang-bayang kemudian menjadi seni pentas bayang-bayang atau wayang. Mungkin definisi tersebut belum mudah untuk dipahami.

Ahil Bahasa WJS Poerwa Darminta yang karya kamusnya menjadi acuan banyak orang, menyebut definsisi wayang adalah gambar atau tiruan manusia yang terbuat dari kulit, kayu dan sebagainya untuk mempertunjukkan sesuatu lakon/cerita. Narasi ini sepertinya lebih mudah ditangkap dan dipahami. (Diambil dari “Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta, Sagio dan Ir. Samsugi, 1991).

Dari sumber bebas, ini belum terverifikasi, asal kata wayang disebut dari “Ma Hyang”, yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ini model etimologi rakyat yang disebut kerata basa atau jarwo dhosok. Jadi ada kebebasan dalam menafsirkan, mengacu pada bunyi dan hurufnya.

Mana yang cocok, silakan pilih. Bahkan kalau tidak ada yang cocok, membuat definisi sendiri juga tidak dilarang. Apapun yang bis akita lakukan, pastilah akan memperkaya wacana tentang wayang, warisan budaya yang diakui dunia, namun saat ini seperti terlepas dari kehidupan masyarakat. Kalau tidak ada kesungguhan, wayang hanya akan bisa dilihat di museum dan menjadi kajian terbatas di ruang akademik. Sayang kan ?

Dalam wujud nyata, apa yang disebut wayang ternyata ragamnya sangat banyak. Yang paling terkenal adalah wayang kulit atau lazim disebut wayang purwa: Kesenian dengan menggunakan bentuk karakter mitologi yang biasanya dibuat dengan menggunakan lembaran kulit binatang (kerbau atau sapi) yang dikeringkan. Wayang kulit adalah seni yang sangat lengkap, karena ada seni tatah dan seni rupa untuk wayang kulitnya, ada seni suara dan seni musik (waranggono dan gamelan), seni teater dalam bentuk narasi dan dialog yang dilakukan oleh dalang, ada puisi yang sering pula berupa mantra atau jargon-jargon menarik yang diucapkan ki dalang, dan ada tata panggung juga.

Puspa : saya taunya wayang hanya terbatas wayang kulit yang semalam suntuk itu karena mendiang mama saya rutin nonton di kalo ngga salah Istora Senayan serta wayang orang karena sering tayang di satu satunya televisi jaringan nasional saat itu. Ada lagi yang lain ?

Wayang kulit sekarang ada beberapa variasi, seperti wayang wahyu yang mengisahkan cerita keagamaan, dan wayang kontemporer yang tokoh-tokohnya tidak berasal dari Kitab Ramayana, Kitab Mahabharata dan Kita Pustaka Raja, tapi dari tokoh-tokoh modern dan kreasi bebas gaya baru. Ada pula wayang suket, yang sempat dipopulerkan lagi oleh Ki Dalang Slamet Gundono (almarhum).

Jenis kedua yang popular khususnya di Jawa Barat adalah Wayang Golek: Seni pertunjukan tiga dimensi berbahan dasar kayu yang diukir menyerupai manusia, kemudian didandani dengan kain-kain sebagai busana yang membuatnya menjadi lebih menarik. Jenis wayang tiga dimensi ini, konon, adalah bentuk asli wayang sebelum dibuat model pipih dari kulit di era Walisongo. Jenis wayang tiga dimensi yang ada di Jawa adalah wayang Potehi, seni dari China yang sekarang dimainkan dengan Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia sebagai pengantar.

Adapun variable ketiga dari wayang adalah Wayang Orang, suguhan kesenian yang tokohnya diperankan oleh orang, dengan iringan gamelan, dialog oleh aktor dan aktris panggung, disertai tembang dan dekorasi panggung hasil karya seni Lukis dan senirupa yang elok. Kini, pementasan rutin wayang orang hanya tinggal di tiga titik, yaitu Wayang Orang (WO) Bharata di Jl Kali Lio Senen Raya Jakarta, WO Sriwedari di Taman Sriwedari Solo dan WO Ngesti Pandawa di Kompleks Taman Budaya Raden Saleh, Jl Sriwijaya Kota Semarang.
Yang keempat adalah Wayang Beber, yakni model wayang yang memakai gulungan gambar berisi kisah atau lakon yang akan diceritakan. Wayang ini popular di Pacitan, Ponorogo dan sekitarnya. Lakon yang dimainkan kebanyakan cerita Panji yang mengisahkan Panji Asmorobangun dengan Dewi Sekartaji.

Yang kelima, yang jarang diketahui orang adalah jenis kesenian yang disebut Wayang Jemblung. Ini model pertunjukan wayang yang dimainkan secara oral, baik dialog maupun musiknya semuanya mengandalkan mulut, seperti akapela. Wayang ini konon diinspirasikan saat Amangkurat I melarikan diri menuju Batavia, saat berada di Banyumas dan ingin memberi hiburan kepada masyarakat, Ki Dalangnya tidak membawa perangkat musik dan tidak membawa wayang, sehingga harus tampil secara oral. Inilah inspirasi wayang jeblung yang konon berasal dari akar kata Gemblung atau gila.

Puspa : Wah baru tau wayang gemblung nih, namun kata orang wayang Indonesia berasal dari negara India ?

Sejarah wayang di Indonesia, khususnya di Jawa masih simpang-siur. Ada yang menyebut wayang berasal dari India, karena Lakon (cerita) wayang kulit biasanya berdasarkan cerita yang diambil dari epik Ramayana karya Walmiki dan Mahabharata karya Vyasa Krisna Dwipayana atauy Begawan Vyasa. Yang perlu dipahami, kedua epic itu sudah banyak mengalami perubahan saat berkembang di Jawa; dan Kitab Mahabharata serta Ramayana bukan satu-satunya sumber cerita wayang di Jawa. Meski tokohnya bisa sama, namun ceritanya bisa berbeda, itu yang disebut Lakon Carangan. Sementara yang sama seperti dua kitab tersebut disebut Lakon pakem.

Dalam kisah pewayangan Nusantara juga muncul tokoh-tokoh yang tidak ada di India seperti Punokawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong yang menjadi pendamping para kasatria Pandawa. Kemudian sosok Wisanggeni, putra Arjuna yang lahir dari seorang bidadari bernama Batari Dresanala, putri Batara Brama dan Dewi Saraswati. Wisanggeni yang kesaktiannya melebih anak-anak Pandawa ini kisahnya menyisip dalam cerita Mahabharata. Alkisah menjelang meletusnya perang Baratayuda, Wisanggeni dan Antasena naik ke Kahyangan Alang-alang Kumitir meminta restu kepada Sanghyang Wenang sebelum mereka bergabung di pihak Pandawa.

Akan tetapi, Sanghyang Wenang telah meramalkan, pihak Pandawa justru akan mengalami kekalahan apabila Wisanggeni dan Antasena ikut bertempur. Karena itu, akhirnya Wisanggeni dan Antasena memutuskan untuk tidak kembali ke perkemahan Pandawa. Mereka rela menjadi tumbal demi kemenangan Pandawa, mereka pun mengheningkan cipta kemudian mencapai moksa, musnah bersama jasad mereka.

Yang meyakini wayang merupakan budaya asli Nusantara dalam hal ini Jawa, merujuk informasi tertua mengenai pertunjukan wayang termuat di dalam sebuah prasasti dari Kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-9. Selanjutnya berkembang di era kerajaan Kediri dan Kerajaan Majapahit pada abad ke-15. Menurut Kitab Centini, disebutkan bahwa kesenian Wayang, diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan Mamenang / Kediri. Sekitar abad ke-10 Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan dilukiskan di atas daun lontar. Bentuk gambaran Wayang tersebut ditiru dari Gambaran relief cerita Ramayana pada Candi Penataran di Blitar.

Sejarah wayang selayaknya menjadi prioritas kajian para sejarawan, arkeolog dan pakar antropologi budaya untuk mendalaminya. Pengakuan UNESCO harus diikuti oleh pendalaman yang lebih, dari sekedar cerita dan mitos-mitos yang ada. Perlu pembuktian apakah benar wayang sungguh- sungguh sudah ada sejak zaman kuno di Nusantara sebelum kedatangan agama Hindu-Buddha dan Islam? Apakah benar kalau wayang merupakan pengaruh Hindu-Buddha ? Bagaimana perkembangannya di era Mataram Kuno sampai Majapahit yang disebut-sebut sebagai era kejayaan wayang ?

Apapun hasilnya, kita perlu bersyukur dan memetik hikmah dari kesenian wayang yang tumbuh di negeri kita. Setidaknya, wayang pernah memiliki peran strategis dalam kehidupan masyarakat sebagai media hiburan, bagian dari ritual adat keagamaan, media menyampaikan pesan moral, dan media untuk pendidikan masyarakat.
Artinya, wayang selain memiliki nilai-nilai filosofis, juga mengandung nilai religius, nilai pendidikan, nilai kepahlawanan, nilai-nilai estetis, dan nilai-nilai kultural.

Mau dibawa kemana karya cipta budaya luhur bangsa ini ke depan ? Komitmen kita semua yang bisa menjawabnya.

Penjelasan topik kita kali ini , WAYANG : Apa, Siapa, Darimana, Mau kemana? yang ditutup dengan ucapan Selamat Hari Wayang Nasional

 

Previous Post

Mengatasi Berita Hoax Di Internet

Next Post

Ngayogjazz 2024 Dengan 4 Stage 30 Penampil Siap Digelar

Next Post
Ngayogjazz 2024 Dengan 4 Stage 30 Penampil Siap Digelar

Ngayogjazz 2024 Dengan 4 Stage 30 Penampil Siap Digelar

RECOMMENDED NEWS

THR Pensiunan PNS Dijadwalkan Cair Lebih Cepat

THR Pensiunan PNS Dijadwalkan Cair Lebih Cepat

1 tahun ago

China To Build Indonesia’s Longest Bridge In North Kalimantan

1 bulan ago
Pensiunan Wajib Tahu Gizi Seimbang

Pensiunan Wajib Tahu Gizi Seimbang

1 tahun ago
Penderita Batu Ginjal Bisa Puasa ?

Penderita Batu Ginjal Bisa Puasa ?

1 tahun ago

FOLLOW US

  • 139 Follower

BROWSE BY CATEGORIES

  • Dari Redaksi
  • Galeri Radio Pensiunan
  • Warta Pensiunan

BROWSE BY TOPICS

2018 League Balinese Culture Bali United Budget Travel Champions League Chopper Bike Doctor Terawan Istana Negara Market Stories National Exam Visit Bali

POPULAR NEWS

  • Siaran di Radio Pensiunan

    Siaran di Radio Pensiunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Update Applikasi Radio Pensiunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Salam Pensiunan Gembira

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Radio Pensiunan WhatsApp 081234599214

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • City Tour Radio Pensiunan Jatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
RADIO PENSIUNAN

© 2025 Radio Pensiunan - Pabriknya Kebahagiaan Radio Pensiunan.

Navigasi Situs

  • Beranda
  • Tentang Kami
  • #DariSahabat
  • Program
  • Kerjasama

Ikuti Sosial Media Kami

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Profil Media
    • Kontak
    • Pengelola
    • Data Pendengar
    • HKI
  • Program
  • #DariSahabat
  • Kerjasama