Loading ...
’ Erros Djarot, Orang Menyebutnya si PolimatikRADIO PENSIUNAN
RADIO PENSIUNAN
  • HOME
  • PROFIL MEDIA
  • PROGRAM
  • PENGELOLA
  • IKLAN
  • KONTAK
  • DATA PENDENGAR
  • HKI
  • HOME
  • PROFIL MEDIA
  • PROGRAM
  • PENGELOLA
  • IKLAN
  • KONTAK
  • DATA PENDENGAR
  • HKI
No Result
View All Result
RADIO PENSIUNAN
Home UNTUK TERUS DENGAR RADIO PENSIUNAN BISA TUTUP LAYAR TETAPI JANGAN BACK LINK

Erros Djarot, Orang Menyebutnya si Polimatik

Admin
11 Mei 2025
Erros Djarot, Orang Menyebutnya si Polimatik

RADIOPENSIUNAN.COM

Erros Djarot

ORANG MENYEBUTNYA SI POLIMATIK

Oleh Afif Yufril

Kalau menyebut nama Erros Djarot, entah dimana kita harus mendudukkan profesinya. Terusterang saya harus menyebutnya sebagai seorang jenius. Pasalnya, Erros selalu menjadi nomor satu di setiap bidang yang ia geluti. Satu di antaranya adalah musik.

Sejak awal berkarir di dunia musik awal tahun 1970 an, Erros lebih dulu dikenal sebagai anak band. Ia bersama teman-temannya mendirikan band bernama Barong’s saat masih berkuliah di Koln, Jerman Barat.

Namun, belakangan nama Erros Djarot  justru sangat besar ketika menjadi “master mind” di balik penggarapan album “Badai Pasti Berlalu” di tahun 1977. Album berisi 13 lagu tema film berjudul sama itu, tercatat sebagai album musik terbaik di antara 150 album musik Indonesia versi majalah Rolling Stone Indonesia edisi Desember 2007.

Sosok Polimatik

Erros Djarot dapat dikategorikan sebagai sosok Polimatik atau semacam Multitalenta dan unggul di bidang yang ia jalani. Banyak orang dapat menjadi Multitalenta, namun hanya sedikit yang lengkap sebagai Polimatik.

Kita kenal Erros sebagai seorang komposer handal, pencipta lagu, dia juga penyanyi walau tidak pernah mau disebut penyanyi, dia penata musik untuk film, penulis naskah, sutradara, wartawan sekaligus pemilik media, budayawan dan terakhir kita kenal sebagai politisi.

Erros mulai mendekati dunia musik saat masih duduk di bangku SMA akhir tahun 1960 an. Ketika melanjutkan sekolahnya di Koln, Jerman Barat, ia bersama rekan-rekannya membentuk band beraliran rock bernama Barong’s. Mereka ingin membuat album saat itu, tapi tidak mudah.

Kembali ke tanah air tahun 1975, Barong’s yang beranggotakan Erros (vokal dan gitar), Tri Anggoro (drum), Epot (bas), dan Choqie Hutagalung (organ, piano) sering tampil di beberapa tempat hiburan di Jakarta.

Di masa-masa itu, kemampuan bermusik Erros banyak dipengaruhi oleh anak-anak keluarga Nasution dan musisi lain seperti Chrisye, Fariz RM dan Yockie Suryo Prayogo yang berkumpul di Jalan Pegangsaan Barat 12 Menteng, Jakarta.

Di “Geng Pegangsaan” yang tak lain merupakan rumah Nasution bersaudara (Zulham, Gauri, Debbie, Keenan dan Oding) itu, Erros mulai membuat lagu. Ia sangat mengagumi Debbie dan Gauri yang ia sebut jenius.

Banyak lagu Erros yang masuk dalam album “Badai Pasti Berlalu” diciptakan di Jalan Pegangsaan Barat 12 dan tempat tinggal Guruh Soekarno Putra di Jalan Sriwijaya 26, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Tahun 1975, sutradara Teguh Karya menantang Erros membuat ilustrasi musik untuk film “Kawin Lari” yang diperankan kakak Erros, Slamet Rahardjo dan Christine Hakim.

Bersama Barong’s plus Gauri dan Debbie Nasution, Erros lalu menggarap lagu-lagu pop, termasuk instrumentalia untuk mengisi soundtrack film “Kawin Lari”. Ada sebelas lagu dalam album “Kawin Lari” yang sebagian besar merupakan karya Erros Djarot.

Di antaranya ada lagu “PelukMu”, “Oh Wanita”, “Bisikku”, “Ibu” dan “Jakarta”. Di album yang juga menjadi album perdana Barong’s band itu, Erros menjadi vokalis.

Siapa mengira, ilutrasi musik di film “Kawin Lari” yang digarap Erros Djarot dan kawan-kawannya berhasil mendapatkan Piala Citra dalam Festival Film Indonesia 1976 untuk kategori Tata Musik Terbaik.

Inilah awal cerita persentuhan Erros dengan dunia film sekaligus menjadi komposer handal seperti kita kenal sekarang.

Di tahun yang sama, Barong’s band juga merilis album kedua mereka yang tidak terkait dengan score film. Di album bertajuk “Barong’s Band” itu, Erros dan teman-temannya mengedepankan lagu-lagu yang kental dengan warna rock progresif.

Sayang, kesibukan membuat score film, menjadikan Erros dan Barong’s band hanya punya dua album. Namun, dalam setiap konser yang ia gelar, Erros selalu memposisikan Barong’s di tempat istimewa.

“Badai Pasti Berlalu”

Karya monumental Erros Djarot adalah album “Badai Pasti Berlalu” di tahun 1976. Inilah album musik terbaik yang pernah dibuat di Indonesia, setidaknya menurut majalah musik Rolling Stone Indonesia hingga tahun 2007 lalu.

Lantas, apa sebenarnya yang dibuat di album itu sehingga menjadi begitu fenomenal?

Album “Badai Pasti Berlalu” sejatinya adalah bagian dari score film berjudul sama yang ditawarkan kembali oleh sutradara Teguh Karya kepada Erros Djarot.

Teguh Karya memang sudah kepincut dengan Erros Djarot yang ia sebut bermulut besar tapi berotak encer. Erros sebelumnya memang suka mengkritik score di film-film karya Teguh Karya yang dianggapnya tidak bagus.

Proses penulisan lagu-lagu untuk album “Badai Pasti Berlalu” dikerjakan Erros di rumah Guruh Soekarno Putra di Jalan Sriwijaya 26. Ada 13 lagu yang berhasil dituntaskan Erros selama kurang lebih satu bulan untuk album tersebut.

Dalam pengerjaan album tersebut, Erros dibantu oleh Yockie Suryo Prayogo yang saat itu adalah keyboardis God Bless. Yockie yang diperkenalkan Chrisye kepada Erros itu membuat aransemen dasar untuk lagu-lagu di album “Badai Pasti Berlalu”.

Erros lalu mengajak Chrisye dan Berlian Hutauruk untuk mengisi suara di lagu-lagu ciptaannya. Rekaman dilakukan di Studio Irama Mas yang berada di daerah Pluit, Jakarta Utara.

Untuk bagian vokal, masing-masing penyanyi mendapatkan dua lagu. Chrisye mengisi vokal untuk lagu “Merpati Putih” dan “Baju Pengantin”, sementara Berlian Hutauruk mengisi vokal untuk lagu “Matahari” dan “Badai Pasti Berlalu”.

Chrisye sendiri tidak hanya tampil sebagai vokalis, ia juga mengisi part bas dan gitar di album tersebut. Yockie mengisi piano akustik, kibord, dan drum. Sementara Erros bertindak sebagai penata musik dan produser.

Sebenarnya, banyak cerita dibalik album “Badai Pasti Berlalu”. Di antaranya masuknya Broery Pesolima yang menyanyikan ulang lagu-lagu di album tersebut untuk score filmnya, termasuk soal tuntut menuntut antara Berlian Hutauruk dengan In Chung pemilik Irama Mas.

Yang pasti, semula album ini tidak jalan alias mandek di pasaran. Erros sendiri sempat memaksa In Chung sebagai pemilik Studio Irama Mas untuk merilis album “Badai Pasti Berlalu” karena label lain tidak mau merilis album ini.

Pasalnya, lagu-lagu yang dihasilkan dalam album itu berbeda dengan lagu-lagu yang tengah ngetrendi di masyarakat seperti karya-karya The Mercy’s, D’Lloyd, Panbers dan band lainnya.

Ternyata, sukses film “Badai Pasti Berlalu” karya Teguh Karya, ikut mengangkat lagu dan nama-nama penyanyi yang mengisi soundtrack film tersebut. Saking populernya, belakangan, album ini banyak diremake oleh penyanyi dan musisi lain.

Dari Chrisye ke Broery

Lagu-lagu di album “Badai Pasti Berlalu” yang dinyanyikan Chrisye dan Berlian Hutauruk ternyata juga dinyanyikan oleh Broery Pesulima dalam waktu bersamaan. Vokal Broery justru tampil menggantikan Chrisye untuk mengisi score film “Badai Pasti Berlalu”.

Masuknya Broery sebagai penyanyi lain dari album “Badai Pasti Berlalu” bermula ketika sutradara Teguh Karya merasa kurang sreg dengan suara Chrisye dan Berlian Hutauruk yang mengisi vokal lagu-lagu score film “Badai pasti Berlalu”. Padahal saat itu rekamannya sudah dirampungkan Erros.

Sebagai “anak baru” di dunia musik, nama Chrisye memang belum terlalu dikenal saat itu. Oleh karenanya, Teguh Karya meminta Erros Djarot untuk mengganti vokal Chrisye dan Berlian Hutauruk ke Broery Pesulima dan Anna Mantovani.

Erros bergeming. Meski pada akhirnya ia setuju memilih Broery untuk menggantikan vokal Chrisy di score film. Sementara Berlian Hutauruk tetap dipertahankan. Teguh karya dan Erros pun sepakat.

Broery dengan bantuan De Meicy lalu mengaransemen ulang 7 lagu di album “Badai Pasti berlalu” ciptaan Erros Djarot. Di antaranya adalah “Serasa”, “Pelangi”, “Merpati Putih”, “Matahari”, dan “Baju Pengantin”.

Di lagu “Matahari” yang aslinya dinyanyikan Berlian Hutauruk, kini dinyanyikan berdua oleh Broery Pesulima dengan kekasihnya saat itu Christine Hakim.

Bagaimana penilaian Anda mendengarkan lagu-lagu dari album “Badai Pasti Berlalu” versi Broery dan Chrisye? Jawabnya tentu sangat subyektif. Banyak yang menyukai versi Chrisye dan ada juga yang menyukai versi Broery.

Tapi keduanya adalah musisi hebat Indonesia yang berkesempatan membawakan lagu karya cipta Erros Djarot. Sebaliknya, kondisi tersebut tentu sangat menguntungkan kita sebagai penikmat musik karena bisa mendengarkan suara Chrisye dan Broery menyanyikan lagu-lagu yang sama.

Usia 70 an, Erros Masih Kritis dan tetap Berkarya

Seperti saya utarakan di awal, Erros Djarot adalah manusia multi bakat dan selalu berhasil di bidang apa saja yang ia tekuni. Selain musik, tentu saja kita sudah tahu Erros juga menulis naskah film dan menjadi sutradara.

Salah satunya yang paling terkenal adalah drama epos biografi sejarah Indonesia berjudul “Tjoet Nja’ Dhien”. Di masanya, film kolosal ini cukup menarik perhatian banyak orang.

Dalam Festival Film Indonesia tahun 1988, dari 13 nominasi yang diberikan, film tersebut memenangkan 8 penghargaan. Selain Fim Terbaik, Sutradara Terbaik juga diberikan kepada Erros Djarot.

Karya-karya Erros berada di dua pusaran utama, kalau tidak soal asmara, pasti terkait keresahan berlatar sosial. Erros dikenal sebagai sosok yang sangat kritis. Selain di film, lagu-lagunya semasa masih di Barong’s band atau di masa-masa setelah itu, penuh dengan kritikan sosial.

Erros juga ada di antara tokoh pers yang mendirikan media di masa Reformasi. Erros banyak memberikan sumbangan pikiran atau kritikan dalam perjalanan bangsa ini. Sebelum memutuskan keluar dari gelanggang politik, Erros Djarot lama terlibat sebagai anggota dan pengurus salah satu partai politik besar Indonesia.

Erros Djarot yang bernama lengkap Soegeng Rahadjo menggelar konser “Negeriku Cintaku Erros Djarot Barong’s Band Millenial” di GKJ, Jumat (9/5/2025). Dalam konser tersebut, selain Barong’s band milenial, Erros juga menggandeng Keenan Nasution dan Once Mekel.

Tahun 2025, usia Erros Djarot masuk 75 tahun. Di masa mudanya, karya Erros disebut melompat jauh melewati masa. Hingga sekarang, Erros tetap kritis dan masih terus berkarya aktif di dunia musik yang ia cintai.

Lagu Karya Cipta Erros Djarot :

  1. Cintaku (Chrisye)
  2. Pelangi (Chrisye)
  3. Matahari (Berlian Hutauruk)
  4. Lenny (Chrisye)
  5. Jakarta (Barong’s band OST film “Kawin Lari”)
  6. Resesi (dinyanyikan Chrisye yang merupakan karya bersama Erros, Chrisye dan Yockie Suryo Prayogo)
  7. Malam Pertama (dinyanyikan Chrisye karya Erros Djarot dan Yockie Suryo Prayogo)
  8. Serasa (Chrisye)
  9. Badai Pasti Berlalu (Berlian Hutauruk)
  10. Malam Pertama (penyanyi Chrisye)
  11. Matahari (Berlian Hutauruk)
  12. Merpati Putih (Chrisye)
  13. Merepih Alam (Chrisye)
  14. Semusim (Chrisye)
  15. Angin Malam (Chrisye)
  16. Rindu (Frida Lucyana)
  17. Tuhan Ampuni Dosa Kami (Iwan Fals)
  18. Khayalku (Chrisye)
  19. Baju Pengantin (Chrisye)
  20. Selamat Jalan Kekasih (Rita Effendy)
  21. Rindu (Frida Lucyana)
  22. Tuhan Ampuni Dosa Kami (Iwan Fals)

 

 

Previous Post

Data Biometrik Dibarter Uang Bahayakah ?

No Result
View All Result
  • HOME
  • PROFIL MEDIA
  • PROGRAM
  • PENGELOLA
  • IKLAN
  • KONTAK
  • DATA PENDENGAR
  • HKI

© 2025 RADIO PENSIUNAN