RADIOPENSIUNAN.COM
Oleh : Afif Yufril
Dian Pieseha adalah salah satu penyanyi pop yang luar biasa populer di tahun 80 an. Dian dikenal lewat suaranya yang mendayu-dayu dan bening. Hampir semua lagu Dian Piesesha bergaya pop melow sesuai karakter vokalnya.
Lagu “Tak Ingin Sendiri” karya Pance Pondaag yang mengangkat nama Dian Piesesha adalah salah satu lagu Dian yang paling digemari penikmat musik, bahkan hingga hari ini.
Salah satu penggemar lagu “Tak Ingin Sendiri” sekaligus penyanyinya Dian Piesesha, adalah Presiden Prabowo. Dalam berbagai kesempatan, Presiden Prabowo selalu mengungkapkan kesukaan beliau kepada lagu “Tak Ingin Sendiri”, bahkan menyanyikannya.
Hiruk pikuk industri musik di tahun 80 an itu memang salah satunya diisi oleh nama besar Dian Piesesha dan rekan-rekannya yang menjadi artis penyanyi di label musik JK Records.
Saking populer dan larisnya, album “Tak Ingin Sendiri” terjual hingga 3 juta kopi kaset di masa itu. Album garapan musisi Pance Pondaag ini juga masuk menjadi salah satu album terlaris di Indonesia sepanjang masa.
Awalnya Penyanyi Dangdut
Mungkin banyak orang yang tidak tahu bahwa Dian Piesesha mengawali karirnya sebagai penyanyi lagu-lagu Melayu atau tepatnya dangdut. Persentuhan Dian dengan dangdut bermula ketika ia diajak oleh penyanyi Fenty Effendy untuk tampil dalam acara “Paket Hiburan Qasidah” di TVRI Jakarta.
Dari sini pintu rekaman pun terbuka untuk Dian. Tahun 1978, ia membuat album studio pertama di Global Records, sebuah album dangdut bertajuk “Laila & Bulbul”. Saat itu, Dian yang bernama lengkap Dian Diah Daniar menggunakan nama Dida Ibrahim. Dida ini singkatan namanya. Ibrahim adalah nama ayahnya.
Selain berduet dengan penyanyi Aziz Bulbul, Dian juga menyanyikan beberapa lagu dangdut secara solo, di antaranya lagu berjudul “Surat Cinta”. Sampai akhir tahun 1970 an, Dian Piesesha setidaknya sudah merilis beberapa album dangdut. Ia juga sempat menggunakan nama Dida Safitri.
Lantas, kenapa Dian Piesesha kemudian dikenal sebagai penyanyi pop? Nasiblah yang secara kebetulan membawa Dian menjadi penyanyi lagu-lagu pop sebagaimana yang kita kenal sekarang.
Pencipta lagu dan arangger Maxie Mamiri adalah orang pertama yang meminta Dian mencoba menyanyikan lagu pop dalam sebuah acara.Ternyata suara Dian justru lebih pas menyanyikan lagu pop ketimbang menyanyikan lagu-lagu dangdut.
Maxie Mamiri kemudian menggarap dua album pop pertama Dian Piesesha di bawah label musik Surya Emas Records. Salah satu pemilik label ini adalah mendiang Uni Elly Kasim kalau tidak salah.
Untuk dua album pop yang ia rilis di Surya Mas Records, Dian sudah mulai memakai nama Dian Piesesha. Nama Dida Ibrahim dianggap oleh pemilik label terlalu berat dan tidak komersil. Jadi, dipakailah nama Dian dan nama belakang Piesesha diambil dari zodiak sang si artis yakni Pisces.
Selain di Surya Emas Records, Dian juga merekam suaranya di tiga label musik lain. Namun, anehnya album-albumnya tidak dipublikasikan. Entah kenapa, tidak ada informasi pasti soal itu. Baru kemudian ketika nama Dian Piesesha sudah populer, album-album tersebut dirilis hingga membuat Dian sempat memperkarakannya.
Sayangnya, sekeras apa pun Dian berusaha dan dibuatkan album, namanya belum sepenuhnya bisa terangkat. Ia kelihatannya belum menemukan soulmate-nya di musik.
“Tak Ingin Sendiri” yang Fenomenal
Akhir tahun 1984 tepatnya di bulan September, Dian Piesesha mulai menemukan soul mate sesungguhnya di musik. Siapa dia atau mereka? Setidaknya ada dua orang soulmate Dian Piesesha di musik.
Sebenarnya, Dian Piesesha sudah ditangani oleh produser Judhi Kristianto sejak di album studio ketiga Dian di tahun 1982, yakni “Aku Cinta Padamu”. Dian Piesesha ada di antara artis-artis penyanyi awal perusahaan rekaman JK Records milik Judhi Kristianto.
Di JK Records, Dian membuat tiga album sebelum akhirnya menggarap album “Tak Ingin Sendiri” bersama Pance Pondaag sebagai pencipta lagu dan arranger di akhir tahun 1984.
Ya, dua soulmate Dian Piesesha di musik ternyata adalah Judhi Kristianto dan Pance Pondaag. Rejeki tiga orang pecinta musik ini terbuka lebar ketika berkolaborasi. “Tak Ingin Sendiri” menjadi album keempat Dian Piesesha di JK Records, sekaligus album studionya yang keenam.
Banyak cerita dibalik rekaman lagu “Tak Ingin Sendiri”. Konon, saat rekaman album itu, Pance Pondaag sempat kehilangan ilham untuk membuat melodi lagu dari lirik yang sudah dibuatnya.
Hal tersebut membuat Judhi Kristianto senewen karena Pance menghabiskan banyak waktu di studio tanpa berbuat apa-apa. Iseng, Judhi lalu memutar lagu instrumentalia “Love is Blue” milik Paul Mauriat yang belakangan oleh penyanyi Italia Ciro Dammico dilagukan menjadi “Le Rose Blu” (baca: Le Rosa Blu)
Lagu yang sama juga dikembangkan oleh penyanyi Perancis Mireille Mathieu dengan judul “On ne vit pas sans se dire adieu” (On no vit pa sons si tiu atiur). Kenapa tiga lagu ini menjadi penting dibahas? Karena beberapa bar di bagian pengantar lagu ini sebelum masuk ke chorus, diadaptasi Pance Pondaag menjadi lagu “Tak Ingin Sendiri”.
Yang pasti seperti kita ketahui, lagu “Tak Ingin Sendiri” menjadi salah satu karya terbesar Pance Pondaag dan hits Dian Piesesha. “Tak Ingin Sendiri” sukses besar saat dilempar ke pasaran pada bulan September 1984.
Di bulan November 1984, lagu ini bahkan sudah duduk di posisi 1 chart atau tangga lagu Top Hits Pop Indonesia (THPI) dan mengalahkan lagu Vina Panduwinata “Aku Melangkah Lagi”.
THPI adalah tangga lagu pop populer yang dirangkum oleh penyiar Radio Ganesha, Bandung, Demas Korompis sejak tahun 1978 dan didukung penuh oleh sindikasi radio swasta niaga di seluruh Indonesia.
Sebagai label musik, JK Records juga melakukan promo yang tak biasa untuk mengangkat nama Dian Piesesha dan “Tak Ingin Sendiri”. Misalnya di sampul kaset album itu dibuatkan kuis berhadiah motor atau mobil bagi pemenang.
Judhi Kristianto juga mengiklankan album “Tak Ingin Sendiri” di berbagai koran, majalah nasional dan radio. Di TVRI sebagai satu-satunya televisi nasional saat itu, Judhi terus mempromosikan Dian dan lagunya lewat acara-acara musik seperti Aneka Ria Safari, Kamera Ria, Album Minggu dan Selecta Pop.
Konsep promosi untuk sebuah album kaset saat itu, terhitung luar biasa dan berani karena mengeluarkan banyak uang. Tapi dampaknya juga tak kalah luar biasa besarnya. Sebagai seorang pengusaha, Judhi Kristianto tak salah.
Album “Tak Ingin Sendiri” sukses besar. Berkat sukses besar album ini pula, Dian Pieseha mendapatkan bonus uang dari labelnya JK Records senilai Rp75 juta, hadiah mobil Toyota Corolla GL dan Honda Civic Wonder keluaran terbaru.
Selain itu, tawaran show juga mendadak membludak didapatkan Dian Piesesha. Lewat album ini juga Dian yang dulunya sempat hidup kekurangan sebelum terjun ke musik, mampu membelikan rumah dan tanah untuk orang tua dan keluarganya di daerah Buah Batu, Bandung, Jawa Barat.
Ini benar-benar impian yang menjadi kenyataan untuk seorang penyanyi, ya. Dan Dian Piesesha sudah mendapatkan impian itu!
“Tak Ingin Sendiri” Jadi Lagu Curhat
Interpretasi Dian Piesesha dalam lagu “Tak Ingin Sendiri” memang luar biasa. Dian pernah mengungkapkan bahwa saat merekam lagu ini, pas di waktu malam, ia tengah sakit dan tidak pernah menceritakan kepada siapa pun. Pita suaranya bermasalah saat itu.
Selain itu, di saat merekam lagu “Tak Ingin Sendiri”, Dian Piesesha juga tengah menghadapi prahara rumah tangganya. Beban itu ia tanggung sendiri tanpa bisa berbagi kepada siapa pun.
Jadinya, lagu dengan sekali “take” ini menjadi semacam curhat Dian kepada Tuhan. Meski ada sedikit part yang terdengar fals, Pance sebagai vocal director sekaligus arranger, meloloskan lagu ini dan tidak meminta Dian untuk merekam ulang suaranya. Pance meyakini sudah mendapatkan “soul” Dian di lagu tersebut dalam sekali “take”.
Nah, di sisi lain, sukses lagu dan album “Tak Ingin Sendiri”, ternyata membuat label musik yang sempat merekam suara Dian Piesesha di awal karirnya memunculkan album-album lama si artis.
Hal ini sempat dipermasalahkan Dian karena ada beberapa foto lamanya yang kemudian ikut dipublish dan Dian merasa tidak pas dengan kondisinya saat itu. Ada juga lagu yang judulnya diganti menggunakan kata “Sendiri” supaya mirip dengan “Tak Ingin Sendiri”.
Di masa itu, beragam cara memang dilakukan para produser musik untuk mendongkrak penjualan album artis-artisnya. Jika ada satu lagu sukses, maka dipastikan akan bermunculan lagu-lagu serupa dengan penyanyi lain, bahkan ada yang dibuat dalam beragam genre musik.
Dengan mudah juga kita akan menemukan versi jawaban dari satu lagu yang sukses. Lagu “Tak Ingin Sendiri” misalnya, juga dibuat versi jawabannya dan dinyanyikan oleh penciptanya sendiri Pance Pondaag dengan judul “Aku Masih Sendiri (Jawaban Tak Ingin Sendiri)”.
Sukses besar lagu “Tak Ingin Sendiri” juga membuat produser film mengangkat judul tersebut menjadi film di tahun 1985. Pemerannya adalah Rano Karno dan Meriem Bellina. Dian Piesesha menolak tawaran bermain di film tersebut.
Dalam perjalanannya, lagu “Tak Ingin Sendiri” juga telah dirilis ulang dalam beragam versi dan dinyanyikan oleh banyak penyanyi. Belakangan Dian Piesesha sendiri merilis ulang lagunya itu dalam irama pop jazz.
Selama karirnya, Dian Piesesha paling banyak membawakan lagu-lagu ciptaan Pance Pondaag. Selain itu ada lagu-lagu ciptaan Wahyu OS. Sementara Dian hanya menyanyikan satu karya cipta Obbie Messakh yakni “Doa Malam”.
Dian Piesesha dan JK Records
Di sesi ini saya akan mengulas sedikit soal Dian Piesesha dan JK Records. Seperti kita ketahui, soulmate Dian Piesesha di musik adalah produser Judhi Kristianto dan pencipta lagu Pance Pondaag. Sementara untuk label adalah JK Records.
Sejak bergabung dengan JK Records di tahun 1982, Dian hampir tidak pernah pindah ke label rekaman lain. Berarti sekitar 45 tahun ya. Padahal, pindah dari sebuah label di saat populer mungkin saja dilakukan oleh seorang penyanyi.
Biasanya, penyanyi yang tengah “on fire” akan dilirik oleh label musik lain untuk ditransfer supaya pindah tempat. Apalagi jika kontraknya dengan label berjalan memungkinkan.
Tapi itu tidak dilakukan oleh Dian. Ia setia dengan Judhi Kristianto dan JK Records. Tidak banyak penyanyi atau band dengan karakter seperti ini. Alasannya, di saat orang lain menolak, label mereka lah yang mau menerima dan percaya.
Makanya ketika terkenal dan punya banyak rejeki, si artis atau band tersebut tetap setia berbagi rejeki dengan label yang membantu mereka di saat susah dan tidak dipedulikan oleh label lain.
Bagi mereka, rejeki bisa datang dari mana saja. Bisa saja mereka pindah label dengan bayaran transferan mahal, tapi rejekinya berhenti di situ. Dian kelihatannya memilih di posisi ini sebagai artis di JK Records.
Ada cerita sedikit, label lama Dian Piesesha, Surya Emas Records punya kerjasama dengan JK Records pada awalnya. Ada dua artis yang harus dipilih oleh dua label tersebut, Dian dan seorang penyanyi yang juga artis terkenal saat itu.
JK Records kemudian kebagian Dian Piesesha. Dian juga pasrah saat itu. Sama pasrahnya JK Records ketika menerima Dian Piesesha sebagai artisnya. Namun bos JK, Judhi Kristianto berbuat sekuatnya untuk menjadikan Dian terkenal.
Oleh karenanya, Dian memiliki kedekatan emosi yang luar biasa dengan bosnya Judhi Kristianto dan label musik JK Records. Di masanya, JK Records menjadi mesin penghasil penyanyi-penyanyi cantik. Cantik nomor satu, suara boleh diatur belakangan. Kira-kira begitu.
Dan ini benar-benar bertolak belakang dengan konsep menjadi penyanyi yang mendewakan kemampuan vokal di masa itu. Di era itu, banyak penyanyi yang sudah populer pun masih ikut dalam berbagai festival lagu. Dian salah satunya di tahun 1987.
Nyatanya cara berbisnis musik yang dilakukan Judhi Kristianto di saat itu cukup berhasil. Selain punya penyanyi-penyanyi paling cantik, JK Records juga memegang dua Raja Midas pencipta lagu elit Indonesia saat itu yakni Pance Pondaag dan Obbie Messakh. Lagu apa saja yang dibuat Pance dan Obbie Messakh saat itu, pasti “jadi”.
Penyanyi-penyanyi cantik di label JK Records saat itu dikonsep berparas cantik, lagu bagus dan paling tidak memiliki suara khas, meski tidak harus merdu banget seperti Dian Piesesha.
Maka saat itu lahirlah bidadari-bidadari JK Records seperti Chintami Atmanegara, Meriem Bellina, Ria Anggelina, Heidy Diana, Nindy Ellesse, Gladys Suwandhi, Mega Silvia dan masih banyak lagi bidadari lain.
Artis-artis ini dikelola oleh JK Record agar saling mendukung satu dengan yang lain. Sangat kompak, bahkan sampai sekarang. Saat syuting acara musik seperti Aneka Ria Safari di TVRI misalnya, Dian Piesesha mungkin saja dibantu oleh penyanyi-penyanyi cantik rekannya itu yang berpura-pura menjadi pemain musik di belakangnya.
JK Records adalah rumah bagi Dian Piesesha. Bahkan dalam arti sebenarnya. Dian diketahui pernah tinggal di bagian paling atas kantor JK Records yang waktu itu berada di Jalan Mangga Dua Raya, No, 39, Pangeran Jayakarta, Jakarta Kota. Dian juga pernah bekerja sebagai karyawan yang digaji oleh label musik tersebut.
“Satukanlah Hati Kami”
Sebenarnya nama Dian Piesesha tidak hanya identik dengan lagu “Tak Ingin Sendiri”. Masih banyak hits lain Dian yang juga disukai penggemarnya. Salah satunya adalah lagu “Satukanlah Hati Kami”.
Lagu ini dirilis Dian Piesesha dalam album kompilasi “Artis Idola 89 Dian Piesesha” di tahun 1989. Sebelumnya, “Satukanlah Hati Kami” yang merupakan ciptaan Pance Pondaag dinyanyikan oleh Chintami Atmanegara di albumnya di tahun 1984.
Banyak lagu-lagu yang ia nyanyikan memiliki makna di hati Dian, terutama karena liriknya yang mengena. Ada gosip bahwa saat merekam lagu “Satukanlah Hati Kami”, Dian baru saja pisah dari kekasihnya yang melanjutkan sekolah ke Australia.
Saat ini, lagu “Satukanlah Hati Kami” menjadi lagu milik Dian yang paling banyak dicover oleh generasi muda. Bagi Dian, hal ini sangat membanggakan karena lagunya tetap dapat dinikmati generasi seumuran cucunya.
Lagu ini juga memberikan banyak berkah untuk Dian Piesesha. Menurut Dian, selama 9 tahun, lagu “Satukan Hati Kami” berada di urutan pertama penggunaan RBT Telkomsel hingga memberikan dia penghasilan yang cukup banyak.
Di setiap manggung, lagu “Satukanlah Hati Kami” menjadi salah satu nomor utama yang wajib Dian nyanyikan.
Namun ternyata, lagu yang paling disukai Dian Piesesha karena liriknya adalah “Pengorbanan di Atas Segalanya”. Lagu ciptaan Pance Pondaag ini juga menjadi judul album Dian di tahun 1991 diakui Dian memiliki makna mendalam terkait pengorbanan.
Selain itu, lagu “Bara Api Senyummu” yang direkam Dian Piesesha di album perdananya di JK Records juga menjadi lagu yang paling banyak diminati penggemarnya.
Dian secara jujur mengaku tidak menyukai lagu itu karena musiknya agak reagge dan liriknya norak. Tapi, apa mau dikata, setiap manggung, ia wajib membawakan lagu itu. Hanya saja, Dian tidka sepenuhnya menyanyikan lagu tersebut karena penonton yang lebih banyak menyanyi.
Yah, begitulah suka duka seorang penyanyi ya. Ada lagu yang sangat disukai, justru tidak disukai penggemar. Sebaliknya, ada lagu yang biasa saja malah sangat disukai penggemar. Penyanyinya harus “manut” maunya penonton!
Dari Dangdut Sampai Jazz
Dian Piesesha lahir di Bandung bertepatan dengan Hari Musik Nasional yakni 9 Maret 1962. Sudah tidak muda lagi. Dian bersyukur masih diberi kesehatan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan tetap dapat beraktivitas seperti biasa.
Hampir setengah abad Dian berkarya di industri musik tanah air, dan sampai sekarang masih aktif bernyanyi, termasuk merilis album dengan lagu-lagu yang belum pernah ia sentuh sebelumnya.
Makanya kita bisa melihat Dian Piesesha juga mempunyai album jazz, pop Sunda, keroncong, religi dan tentu saja dangdut. Sampai sekarang, ia sudah merilis total 24 album solo di luar album-album kompilasinya.
Saat ini Dian lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kegiatan sosial. Sejak muda, Dian dikenal memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ia banyak membantu artis-artis penyanyi seangkatannya yang tidak terlalu beruntung di masa tua mereka.
Meski popularitas lagu-lagu yang ia hasilkan di tahun 90 an sudah tidak sekuat di era 80 an, karya-karya Dian Piesesha sangat terasa abadi, everlasting. Banyak penyanyi atau konten kreator muda yang melagukan kembali lagu-lagu Dian Piesesha dengan aransemen musik baru di YouTube.
Lagu-lagu Dian Piesesha hingga saat ini masih berada di antara pilihan terbanyak pengguna aplikasi modern seperti Spotify dan lain-lain. Oleh karenanya, JK Records sebagai label masih membuatkan video klip untuk lagu-lagu lama dan baru Dian Piesesha yang di-upload di YouTube.
Kita juga bersyukur, karya-karya Dian Piesesha saat ini dengan mudah dapat kita temui di YouTube. Secara lengkap JK Records menyajikan katalog lagu-lagu Dian Piesesha dengan audio dan visual yang sangat prima agar nyaman dinikmati oleh para penggemarnya.
Sepatutnya label musik lain perlu belajar dari JK Records dan artis-artisnya yang begitu peduli dengan pendataan katalog karya-karya musik mereka. Sejarah harus dicatat atau didokumentasikan, karena terbukti menjadi hal penting di masa depan.
JK Records juga membangun jaringan komunitas pecinta artis-artisnya di seluruh Indonesia dan beberapa negara tetangga, termasuk dengan para penggemar Dian Piesesha agar karya-karya musik artisnya tidak mati ditelan jaman.
Lagu-lagu Dian Piesesha :
- Bara Api Senyummu (cipt. Judhi Kristianto)
- Jangan Jangan Lagi (cipt. Maxie Mamiri)
- Bunga Bunga Cinta (cipt. Maxie Mamiri)
- Aku Cinta Padamu (cipt. Judhi Kristianto)
- Perasaan (cipt. Pance Pondaag)
- Di Sini Hati Terpaut (cipt. Pance Pondaag)
- Selamat Tinggal Masa Suram (cipt. Arie Wibowo)
- Engkau Segalanya Bagiku (cipt. Pance Pondaag)
- Mengapa Tak Pernah Jujur (cipt. Pance Pondaag)
- Tak Ingin Sendiri (cipt. Pance Pondaag)
- Ingin Memiliki : Dian Piesesha dan Wahyu OS (cipt. Wahyu OS)
- Kucoba Hidup Sendiri (cipt. Pance Pondaag)
- Pernahkah Kau Berdusta (cipt. Pance Pondaag)
- Apa Salahku (cipt. Pance Pondaag)
- Pengorbanan di Atas Segalanya (cipt. Pance Pondaag)
- Satukanlah Hati Kami (cipt. Pance Pondaag)
- Segalanya Untukmu (cipt. Pance Pondag)
- Doa Malam (cipt. Obbie Messakh)