RADIOPENSIUNAN.COM
JUM’AT, 3 Januari 2025 RADIO PENSIUNAN genap usianya dua tahun “mengudara”. Meskipun baru dua tahun tetapi banyak pelajaran & pengetahuan saya dan rekan-rekan dapatkan dari radio era baru ini. Radio Pensiunan berbasis internet. Ada yang menyebut radio online atau radio internet. Yang pasti bukan radio yang menggunakan frekuensi milik publik seperti umumnya radio yang kita kenal selama ini.
Ray Wijaya, mantan pemred televisi swasta dan Anggota Dewan Pers (2013 – 2016), salah satu pengelola Radio Pensiunan menanyakan, kita mau bikin apa di hari Ultah?
Kami pun bersepakat melakukan siaran marathon dimulai dari Studio 3 Radio Pensiunan di Kaki Gunung Klabat, Minahasa Utara yang setiap pagi memang siaran pukul 06.00 – 10.00 WIB. Selanjutnya, menyusul Studio 12 Semarang, Studio 10 Surabaya, Studio 7 Bandung, Studio 5 Bandarlampung dan seterusnya samnpai berakhir di Studio 1 Tangerang Selatan pukul 23.00. Siaran marathon finish di Studio 1 dengan acara semua penyiar dari berbagai kota berkumpul di jaringan online, ngobrol seputar bersiaran di Radio Pensiunan. Pukul 23.00 program siaran bersama sehari ini ditutup karena Studio 3 Menado sudah pukul 24.00 WIT.
Siaran estafet Radio Pensiunan, sebetulnya, tidak sulit karena saya memiliki pengalaman siaran semacam itu di Radio Trijaya FM. Tapi tetap ketar-ketir tidak mulus bahkan gagal.
Gangguan internet adalah “momok” dari siaran radio internet. Studio 3 Manado paling sering mengalami gangguan aliran listrik PLN. Akibatnya, semua fasilitas tidak bisa bekerja karena internet pun “wafat”. Pada Desember 2024, dalam sepekan, empat kali mati lampu alias Studio 3 Manado tidak bisa siaran. Matinya aliran listrik tidak tanggung-tanggung, sampai 22 jam, dua hari kemudian enam jam lebih, sedang siaran tiba-tiba berhenti. Beli jenset? Parcuma kata Doudy Joun sang penyiar karena aliran ke Base Transceiver Station (BTS) telepon pun mati.
Atas izin Tuhan siaran HUT Radio Pensiunan berlangsung lancar. Pergantian siaran secara estafet antara studio satu dengan studio selanjutnya, penyiar beda daerah saling sapa secara on air, kemudian menyerahkan kendali siaran. Terus begitu selanjutnya. Tidak terjadi dead air dari pukul 06.00 – 23.00. Mulus.
Selesai siaran, malam itu, setelah semua krue sudah meninggalkan studio, tinggal saya, operator Angga dan Asih istri saya, yang tertidur di lantai karena kelelahan, saya terbengong, haru, dalam kelelahan. Saya dan istri sudah di Studio 1 sejak pagi menjelang Studio 3 siaran. Saya memantau siaran sekaligus bertindak sebagai operator menggantikan Angga yang harus mengajar sore hari di Purwacaraka Musik, sementara Asih menemani para pendengar. Banyak pendengar datang, tertawa riuh di teras studio, tapi saya tidak sempat banyak bergabung karena harus berada di dalam studio siaran memantau sekaligus menganalisa teknologi relatif baru dalam siaran.
Pengalaman mengomandani acara nonstop sudah beberapa kali saya kerjakan di Radio Trijaya FM. Menjadi produser talkshow durasi dua jam sudah makanan hari-hari. Tahun 2005 sebagai komandan (project officer) siaran laporan dan baca sebanyak 1.500 berita nonstop di Radio Trijaya selama dua hari satu malam. Ini dalam rangka mendapatkan rekor MURI (Museum Record Republik Indonesia). Siaran ini melibatkan 63 reporter dari berbagai jaringan studio Radio Trijaya di Jakarta dan daerah-daerah, tujuh penulis berita, lima penyiar. Kelima penyiar membacakan berita diselingi laporan reporter secara live dari berbagai kota tanpa jeda meskipun saat penyiar harus berganti tugas. Sukses.
Satu tahun kemudian, 2006 kembali memproduseri talkshow berbagai topik selama 17 jam nonstop. Juga tanpa jeda dari subuh hingga malam hari. Juga menangani program Liputan Mudik menggabungkan seluruh stasiun jaringan Radio Trijaya dengan puluhan stasiun radio mitra sepanjang Lampung sampai Bali, antara tahun 2002 – 2005.
Jadi, pengalaman mengelola siaran panjang nonstop bukan hal baru buat saya. Tetapi Radio Pensiunan adalah konsep radio baru meskipun bentuk siaran juga studio, penyiar dan penyiarannya tidak beda dengan radio analog. Kebaruan ini membuat saya waspada dari kegagalan. Tetapi selalu dibalik ketegangan berjam itu semua saya mendapatkan kepuasan kemudiaan mojok sendirian, menangis lega. Bersyukur pada Tuhan. Sukses.
Kontribusi Pendengar & Penyiar
Kesuksesan siaran marathon antara studio daerah dengan studio utama pada Ultah kedua Radio Pensiunan tidak lepas dari kerjasama tim. Saya sangat menyadari, kerja di radio siaran dibutuhkan kekompakan antara satu tim dengan tim lain, antara penyiar satu dengan lainnya, antara manajemen dengan krue. Semua itu ibarat roda mobil, jika satu bermasalah maka kendaraan tidak dapat bergerak. Fatal. Satu penyiar bermasalah atau operator bermasalah maka siaran terganggu.
Kontribusi tim datang dari Ray Wijaya, Agus Widyanto Awo, Asih Teguh, Krisna Murti, Lina Carolina dan dari jajaran penyiar ada penyiar senior Rita Sri Hastuti, Nuning, Doudy Joun, Adji, Aldian Noorman, Don Pechy, Ellen Pratiwi, Puspa, Lestari, Rosy Sunarko, Gantyo Koespradono dan Rully Said. Sayang sekali Lia Christy, Denis Irawan, Dedi Tohir, Lili Zarny tidak bisa ikutan karena kesibukan tugas lain yang tidak dapat ditinggalkan. Lia dan Denis adalah penyiar awal Radio Pensiunan mengudara pada Januari 2023.
Selain kontribusi awak Radio Pensiunan juga para pendengar yang jumlahnya per tanggal 3 Januari itu mencapai 296.468 pendengar di seluruh dunia dan terbanyak, tentu, di Indonesia sebanyak 290.047 pendengar. Khusus pada hari Ultah kemarin kami berterima kasih antara lain Mbak Rosy Sunarko dengan kiriman tumpengnya, Mbak Dewi dengan kue tart nya, dokter Sugiyono dengan kue-kuenya, Pak Hardi dengan es krimnya, Tari, Lina, Pak Rizal dan Ny. Asih dan lainnya yang sementara saya tidak ingat lagi, semuanya membawa kue-kue. Kontribusi yang mengharukan ketika melihat berbagai makanan memenuhi meja ruang tamu Studio 1 Radio Pensiunan. Mohon maaf jika ada yang tidak tersebutkan namanya dalam tulisan ini karena banyaknya pendengar yang datang.
Bersyukur juga rambutan berbuah dan merah siap petik ketika Ultah Radio Pensiunan berlangsung. Posisi studio siaran yang berada di lantai dua menjadikan terasnya sejajar dengan cabang pohon rambutan depan studio. Sehingga buah tinggal petik tanpa harus berdiri dari kursi yang ada di teras studio. Pendengar yang datang ke studio duduk ngobrol sambil memetik buah rambutan di atas kepalanya.
Calon Pensiunan & Pensiunan
Radio Pensiunan hadir diawali cerita banyak teman akan pensiun merasa gelisah. Sebetulnya lumrah di Indonesia. Berbeda dengan di Eropa orang ingin segera pensiun sehingga bisa jalan-jalan alias melancong. Karena program dana pensiun di sana sudah disiapkan dengan baik oleh tempatnya bekerja. Sementara di Indonesia banyak pensiunan masih harus berpikir bisnis apa agar masih mendapat uang setiap bulan guna menunjang kehidupan masa pensiun.
Selain calon pensiunan yang gelisah juga banyak pensiunan di Indonesia coba-coba bisnis padahal seumur-umur tidak mengenal bisnis. Berbisnis atas ajakan orang lain atau terpengaruh cerita motivator dalam pembekalan calon pensiunan di tempatnya bekerja. Yang diceritakan sang motivator adalah keuntungan menggiurkan bukan kerugian atau kegagalannya. Lebih konyol lagi, “pakar pensiunan” yang bicara dalam pembekalan calon pensiunan belum pernah pensiun tapi ngajari cara pensiun yang benar. Banyak terjadi, pensiunan kemudian menggunakan uang pesangon sebagai modal bisnis tetapi gagal total. Habis pesangonnya.
Juga banyak pensiunan merasa kesepian. Setelah hidup sebagai pensiunan merasa tidak ada teman lagi, menganggap hanya dirinya yang pensiun, komunikasi dengan dunia luar terputus. Anak cucu sibuk dengan kerja dan keluarganya sehingga tidak sempat menyapa orang tuanya. Hiburan yang banyak dilakukan pensiunan tanpa aktivitas adalah membuka pesawat handphone (HP) menonton media sosial yang kebenaranya diragukan kebenarannya bahkan penuh hasutan.
Antara lain, mencermati kondisi pensiunan tadi, terpikirkan membuat media radio sebagai hiburan sekaligus pengetahuan untuk para pensiunan. Radio Pensiunan memutar lagu-lagu nostalgia, yang populer saat mereka muda penuh semangat kembali bersemangat. Penyiar menyapa mereka yang ternyata ini sangat berarti karena merasa ada teman, tidak sendirian. Lewat acara saling sapa dijembatani penyiar tersambunglah tali silaturahmi antara sesama pensiunan dari berbagai kota. Ruang diskusi lewat acara ringan, seperti Obrolan Pensiunan, Sapa Pensiunan, Bisnis Pensiunan menghadirkan pengusaha cerita pengalaman gagal dan sukses menambah wawasan para pendengar Radio Pensiunan.
Radio Pensiunan juga membantu para pensiunan dan calon pensiunan berkenalan, berkumpul, bersenda gurau. Para pendengar dari berbagai kota berkumpul dalam suatu acara untuk ngobrol, kenalan, nyanyi bersama dengan biaya patungan antara mereka sendiri. Sudah pernah berlangsung dan secara berkala seperti di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Depok, Purwakarta dan kota lainnya. Calon pensiunan ikut serta karena merasa perlu belajar dari pensiunan guna menyiapkan hari pensiunnya.
Pendeknya, Radio Pensiunan sebagai Pabriknya Kebahagiaan mencoba mengajak pensiunan terus bahagia. Sebab kegembiraan mampu menciptakan badan yang sehat. Badan sehat berpeluang memanjangkan umur. Radio Pensiunan juga terus melakukan evaluasi, menampung masukan berbagai pihak agar siarannya Enak Didengar dan Membahagikan.
Begitulah!
Eddy Koko ( Owner Radio Pensiunan )